Pilgub Jateng 2024

Andika-Hendi Unggul versi SMRC, Luthfi-Yasin Unggul versi Indikator, Terungkap Penyebab Perbedaan

Editor: Ansar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi menjelaskan terkait penyebab hasil surveinya di Pilkada Jateng 2024 bisa berbeda dengan SMRC.

TRIBUN-TIMUR.COM - Penyebab perbedaan hasil survei  Indikator Politik Indonesia dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) di Jawa Tengah.

Perbedaan hasil survei tersebut disampaikan Direktur lembaga survei Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi.

Burhanuddin mengatakan perbedaan yang terjadi dikarenakan keduanya beda proporsi responden yang menjawab 'tidak tahu atau tidak jawab' saat dilakukan survei.

"Dalam survei Indikator, TT/TJ (tidak tahu/tidak jawab) mencapai 9,35 persen, sementara SMRC hanya 2,6 persen," katanya kepada Tribunnews.com, Rabu (19/11/2024).

Burhanuddin menilai responden dari survei SMRC yang masih belum menentukan pilihan cenderung memilih paslon nomor urut 1, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi atau Hendi.

Meski begitu, Burhanuddin mengatakan perbedaan hasil survei Indikator dan SMRC masih dalam batas margin of error yang sudah ditetapkan.

"Tapi secara umum survei antara Andika vs Luthfi baik dalam survei SMRC maupun Indikator masih dalam margin of error yang ditetapkan oleh kedua lembaga, sehingga kita sama-samat tidak bisa menyimpulkan secara konklusif siapa yang unggul," jelasnya.

Burhanuddin mengatakan antara hasil survei SMRC dan Indikator tidak bisa ditarik kesimpulan terkait paslon yang lebih unggul yaitu apakah Andika Perkasa-Hendi atau Ahmad Luthfi-Taj Yasin.

Dia mengungkapkan alasanya lantaran selisih hasil survei antara SMRC dan Indikator terlalu dekat atau too close to call.

Menurutnya, kasus yang terjadi antara SMRC dan Indikator tidak bisa disamakan dengan kasus antara Lembaga Survei Indonesia (LSI) dengan Poltracking dan Parameter Politik Indonesia (PPI) yang sempat bermasalah dalam hasil survei Pilkada Jakarta 2024.

Perbedaan yang paling mencolok adalah karena selisih elektabilitas paslon Pilkada Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono terlalu jauh dengan paslon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno.

"Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan kasus LSI versus Poltracking dan PPI (Parameter Politik Indonesia) dalam kasus survei (Pilkada) Jakarta yang jelas terbalik dan selisih antara Ridwan Kamil vs Pramono signifikan secara statistik," jelasnya.

Kendati demikian, Burhanuddin mengaku siap jika dimintai keterangan oleh Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) terkait perbedaan hasil survei dengan SMRC.

"Apapun, Indikator siap dipanggil dan diaudit oleh Dewan Etik Persepi," tuturnya.

Andika-Hendi Unggul Versi SMRC, Luthfi-Yasin Unggul Versi Indikator
 
Diketahui, dalam waktu berdekatan Indikator dan SMRC merilis hasil surveinya terkait elektabilitas paslon di Pilkada Jateng 2024.

Halaman
12

Berita Terkini