Sementara delapan orang yang dirawat di rumah sakit yakni, Sulfiana (20), Satriana (27), Nafisah (66), Taju (24), Sakkatang (33), Nur Indah Sari (29), Iruse (35), dan Iwan (36).
Atas kejadian itu, AKBP Muhammad Yusuf mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan segera berkordinasi dengan pihak terkait.
“Kami juga sedang berkordinasi dengan BPBD dan pihak lainnya dalam meminimalisir pohon tumbang, khususnya pohon-pohon tua untuk ditebang secepatnya,” tegas Yusuf.
“Imbauan kepada warga agar mengurangi aktivitas di luar rumah, karena beberapa hari ini cuaca dan angin kencang melanda Soppeng,” tandasnya.
Kabar mengenai bencana alam yang menimpat pengunjung situs Mattabulu ini cepat beredar di media sosial.
Hal ini tak luput menjadi perhatian kontestan Pilkada Soppeng. Salah satu kandidat yang langsung bereaksi adalah, H Suwardi Haseng.
Setelah mendengar adanya musibah ini, Suhardi langsung bergegas menuju lokasi bencana.
Padahal, Suhardi Haseng sementara menjalani blusukan dengan bertemu warga di Lilirilau, Soppeng.
“Sebuah pohon besar tumbang dan menimpa sejumlah warga dan peziarah yang sedang beristirahat di lokasi itu. Sudah 9 orang meninggal. Kita amat berduka dan sangat prihatin dengan musibah ini. Soppeng hari ini berduka dan kami sampaikan duka mendalam, semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik pada semua korban di sisiNya,” ujar Suwardi.
Hal paling penting saat ini, kata Suwardi, evakuasi secepatnya kepada seluruh korban dan pertolongan lebih cepat dan terbaik bagi korban luka.
“Fasilitas kesehatan kita di Soppeng Insya Allah bisa kita andalkan untuk melakukan evakuasi secepatnya. Kami juga menghimbau kepada seluruh warga Soppeng terutama di wilayah rawan bencana untuk siaga mengingat cuaca ekstrem yang mulai datang, tandasnya.
Seorang warga Soppeng, Rudi mengatakan, situs itu memang sering dijadikan sebagai tempat wisata religi.
Rudi mengatakan, warga yang datang tidak hanya dari Soppeng, tapi juga berasal dari daerah lain di Sulsel. Mereka umumnya membawa sesajen untuk dibawa ke situs tersebut.
“Iya, betul situs itu dipercaya sebagian warga, anak cucu dari Petta Bulu Matanre, biasanya berziarah karena ingin menunaikan hajatnya,” ungkap Rudi.