Headline Tribun Timur

9 Orang Tewas Tertimpa Pohon Saat Ritual Tolak Bala

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret pohon tumbang menimpa rumah di situs Pettabulue, Desa Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Minggu (3/11/2024)

TRIBUN-TIMUR.COM - Bencana alam pohon tumbang terjadi di Situs Mattabulu, Desa Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Minggu (3/11).

Bencana ini menyebabkan sembilan orang tewas di tempat.

Reporter Tribun Soppeng Jabal Qubais melaporkan, pohon tumbang tersebut menimpa sebuah pondok di Situs Mattabulu.

Dilaporkan bahwa, mereka yang tewas dan luka-luka tersebut merupakan pengunjung yang sedang berkumpul dan sedang menikmati makan siang di sebuah pondok.

Pohon yang tumbang tersebut memiliki tinggi kurang lebih 15 meter dan diameter kurang lebih 10 meter. Warga percaya pohon tersebut kemungkinan sudah berusia ratusan tahun.

Baca juga: Kronologi Dahan Pohon Timpa Warga di Makam Pettabulue Soppeng, Tewas saat Tunaikan Nazar

“Saat mereka tengah menikmati santap siang, tiba-tiba hujan deras turun dan disertai angin kencang. Akibatnya pohon besar yang berada di dekat pondok, tumbang dan menimpa mereka,” kata AKBP Muhammad Yusuf, Kapolres Soppeng yang dikonfirmasi, kemarin.

Korban yang mengalami luka-luka langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendaptkan perawatan.

Muhammad Yusuf menambahkan, para wisatawan ini awalnya datang ke tempat itu untuk melakukan ritual.

Mereka datang dengan membawa sejumlah sesajian dengan maksud untuk membayar hajatan. 

“Wisatawan yang berkunjung ke situs Petta Bulu. Mereka akan menunaikan hajatannya di situs itu,” kata Yusuf, kemarin.

Berdasarkan keterangan dari saksi, para korban sebelumnya melakukan ritual di dekat pohon besar tersebut.

Namun tiba–tiba petir menyambar pohon itu dan menyebabkan pohon itu tumbang menimpa mereka.

Total korban secara keseluruhan mencapai 17 orang.

Sembilan dinyatakan meninggal dunia, sedangkan delapan orang lainnya mengalami luka-luka dan dirawat di RSUD Latemmamala, Kabupaten Soppeng.

Adapun kesembilan orang yang meninggal dunia tersebut masing-masing Rosmini (37), Marnuni (34), Asse (40), Ikada (37), Wammenneng (60), Karyati (55), Agus (10), Rabiah (50), dan Nuraeni.

Sementara delapan orang yang dirawat di rumah sakit yakni, Sulfiana (20), Satriana (27), Nafisah (66), Taju (24), Sakkatang (33), Nur Indah Sari (29), Iruse (35), dan Iwan (36).

Atas kejadian itu, AKBP Muhammad Yusuf mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan segera berkordinasi dengan pihak terkait.

“Kami juga sedang berkordinasi dengan BPBD dan pihak lainnya dalam meminimalisir pohon tumbang, khususnya pohon-pohon tua untuk ditebang secepatnya,” tegas Yusuf.

“Imbauan kepada warga agar mengurangi aktivitas di luar rumah, karena beberapa hari ini cuaca dan angin kencang melanda Soppeng,” tandasnya.

Kabar mengenai bencana alam yang menimpat pengunjung situs Mattabulu ini cepat beredar di media sosial.

Hal ini tak luput menjadi perhatian kontestan Pilkada Soppeng. Salah satu kandidat yang langsung bereaksi adalah, H Suwardi Haseng. 

Setelah mendengar adanya musibah ini, Suhardi langsung bergegas menuju lokasi bencana.

Padahal, Suhardi Haseng sementara menjalani blusukan dengan bertemu warga di Lilirilau, Soppeng. 

“Sebuah pohon besar tumbang dan menimpa sejumlah warga dan peziarah yang sedang beristirahat di lokasi itu. Sudah 9 orang meninggal. Kita amat berduka dan sangat prihatin dengan musibah ini. Soppeng hari ini berduka dan kami sampaikan duka mendalam, semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik pada semua korban di sisiNya,” ujar Suwardi. 

Hal paling penting saat ini, kata Suwardi, evakuasi secepatnya kepada seluruh korban dan pertolongan lebih cepat dan terbaik bagi korban luka. 

“Fasilitas kesehatan kita di Soppeng Insya Allah bisa kita andalkan untuk melakukan evakuasi secepatnya. Kami juga menghimbau kepada seluruh warga Soppeng terutama di wilayah rawan bencana untuk siaga mengingat cuaca ekstrem yang mulai datang, tandasnya.

Seorang warga Soppeng, Rudi mengatakan, situs itu memang sering dijadikan sebagai tempat wisata religi.

Rudi mengatakan, warga yang datang tidak hanya dari Soppeng, tapi juga berasal dari daerah lain di Sulsel. Mereka umumnya membawa sesajen untuk dibawa ke situs tersebut.

“Iya, betul situs itu dipercaya sebagian warga, anak cucu dari Petta Bulu Matanre, biasanya berziarah karena ingin menunaikan hajatnya,” ungkap Rudi. 

Berita Terkini