Hasil Survey Kesehatan Indonesia (SKI) Prevalensi stunting Sulawesi Selatan mengalami peningkatan yaitu dari 27,2 persen menjadi 27,4 persen atau meningkat 0,2 persen pada 2023.
Pasalnya, Angka stunting Sulsel lebih tinggi dari prevalensi nasional yaitu 21,5 persen. Padahal target Prevalensi stunting nasional tahun 2024 adalah 14 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Ishaq Iskandar mencatat tantangan utama pengentasan stunting adalah akses dan kualitas gizi.
Kemudian pendidikan dan kesadaran masyarakat, infrastruktur kesehatan, kondisi sosial, dan ekonomi.
Selain itu, masih tingginya angka balita under weight yaitu 21,7 persen dan wasting 8,3 persen.
Angka prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 10,9 persen.
Lalu Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 6,48 persen, dan Ibu hamil anemia.
Ketiga terkai pola pengasuhan anak yang cenderung mengabaikan standar asupan gizi yang tepat.
Dinkes Sulsel sedang melakukan beberapa upaya penurunan angka stunting.
Diantaranya dari program Pappadeceng gizi yaitu inovasi layanan Fasilitasi Intervensi dan pendampingan gizi untuk percepatan upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi.
Sasarannya ibu hamil, bayi dan anak di bawah dua tahun, kelompok sasaran 1000 HPK.
Desa yang menjadi Lokus Program Pappadeceng Gizi adalah 120 Desa Lokus tertinggi stunting dan wasting di 24 kabupaten dan kota. (*)