"Andaikan hasil survei yang beredar sekarang ini sama dengan hasil survei kami, tentu kami sudah berhenti kerja-kerja," ujar Iwan berkelakar.
Sebaliknya, kata Iwan justru publik melihat sendiri, tim Sehati saat ini makin beringas dan bersemangat.
Iwan juga menambahkan, Sehati tidak merilis hasil surveinya sendiri ke publik karena itu strategi Tim Seto-Rezki.
Selain sebagai strategi, Iwan mengatakan hasil survei hanya dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi dan memperbaiki kerja-kerja tim di lapangan.
Menurut Iwan, publik Makassar mempunyai karakter tersendiri ketika disodori hasil survei elektabilitas calon Wali Kota Makassar. Makassar sudah dua kali berpilkada, 2018 dan 2020.
"Pilihan warga Makassar di dua pilkada itu, selalu berbeda dengan perkiraan survei sebelumnya," ujarnya.
Iwan mencontohkan sekarang ini, dua lembaga survei kredibel justru berbeda jomplang di Pilgub DKI 2024 saat ini.
Ada yang Pramono Anung menang besar, yang lainnya Ridwan Kamil yang menang besar. Padahal, menurut Iwan, masa perekaman datanya sama.
Saat jumpa pers, Iwan didampingi anggota Dewan Penasehat Sehati, Muhammad Surya yang kerap disapa Om Cuya.
Terlihat pula anggota Dewan Pakar Sehati, Maqbul Halim.
"Saya tekankan kepada tim Sehati, perbanyak turun bersosialisasi. Itu lebih baik daripada memperbanyak order hasil survei," ujar Surya yang juga Ketua DPW Partai PSI Sulawesi Selatan. (*)