Profil 5 Jenderal Wanita Pertama dari TNI dan Polri, Ada 2 dari Sulawesi

Editor: Sakinah Sudin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase: Irjen Basaria Panjaitan, Laksamana Muda Christina Maria Rantetana, Brigjen Raden Ayu Kartini Hermanus, Marsekal Pertama TNI Rukmini, dan Brigjen Jeanne Mandagi. (Istimewa)

Pada 1 November 2002, Christina Maria Rantetana dipromosikan menjadi laksamana pertama (posisi pangkat bintang satu) menjadi wanita pertama yang mencapai pangkat itu di TNI Angkatan Laut.

Christina Maria Rantetana dipromosikan lebih lanjut menjadi laksamana muda pada Juni 2013, ketika ia ditugaskan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai staf ahli menteri bidang ideologi dan konstitusi.

Hal ini menjadikan Christina Maria Rantetana sebagai Jenderal Bintang 2 wanita pertama di TNI AL serta se-ASEAN.

Christina Maria Rantetana meninggal di rumah sakit angkatan laut di Jakarta pada 31 Juli 2016.

Dia dimakamkan di pemakaman tradisional Toraja yang didampingi militer, di mana tubuhnya ditempatkan di rongga berlubang 30 meter di atas tebing disertai dengan tembakan salvo.

3. Marsekal Pertama Rukmini

Nama lengkapnya Marsekal Pertama TNI (Purn.) Rukmini, S.IP., M.M.

Dia lahir di Pacitan, Negara Jawa Timur.

Rukmini bersekolah di SMP di Pacitan dari tahun 1962 sampai 1965 dan SMA di Bandung dari tahun 1967 sampai 1970.

Setelah menyelesaikan SMA, ia belajar di Fakultas Teknik Elektro Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Dia lulus dari institut pada tahun 1975 dengan gelar di bidang pendidikan.

Rukmini menikah dengan Marsda TNI Imam Wahyudi, seorang perwira tinggi Angkatan Udara Indonesia dengan pangkat Marsekal Muda.

Pasangan ini dikaruniai dua orang anak, yaitu Frita Yuliati (lahir 1979) dan Rahmat Basuki (lahir 1982).

Karier Militer

Marsekal Pertama TNI (Purn.) Rukmini adalah seorang perwira angkatan udara Indonesia yang menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari tahun 1997 sampai 2002. 

Rukmini merupakan wanita pertama yang memegang jabatan perwira tinggi di TNI AD.

Setelah lulus dari institut  Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung, Rukmini mendaftar di pusat pendidikan angkatan udara wanita dan mulai bertugas di angkatan udara sejak tahun 1976.

Jabatan pertamanya di angkatan udara adalah sebagai kepala biro pengembangan data hingga tahun 1978.

Jabatan lain yang dijabatnya pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat Sekolah Staf Umum TNI Angkatan Udara dari tahun 1987 sampai 1988 dan sebagai Kepala Biro Pembinaan Anggota TNI Angkatan Udara dari tahun 1994 sampai 1997.

Sepanjang kariernya di TNI AU, Rukmini mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara, Kursus Sosial Politik Angkatan Bersenjata, dan kursus IBMC.

Ia juga berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka dan lulus dengan gelar sarjana pada tahun 1995.

Pada 1 Oktober 1997, Rukmini dilantik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari kelompok parlemen TNI/Polri dengan pangkat letnan kolonel. 

Tak lama setelah itu, dia dipromosikan ke pangkat kolonel.

Dia diangkat kembali untuk masa jabatan kedua pada tahun 1999 dan kemudian dipromosikan menjadi marsekal pertama sehingga menjadi wanita pertama yang memegang pangkat marsekal di TNI AU Indonesia. 

Dia digantikan dari dewan pada 23 Oktober 2002 dan sempat menjadi staf ahli untuk urusan peradilan untuk kepala staf angkatan udara sebelum pensiun dari militer.

4. Brigjen Jeanne Mandagi

Nama lengkapnya Brigjen Jeanne Mandagi, S.H.

Jeanne Mandagi merupakan keturunan asli Minahasa, lahir pada tanggal 2 April 1937 di Manado, Sulawesi Utara. 

Pendidikan sekolah dasar hingga menengah pertamanya ditempuh di sebuah yayasan pendidikan milik biarawati katolik Manado.

Kemudian Jeanne Mandagi melanjutkan pendidikan menengah atasnya di SMA Santa Ursula, Jakarta dan meraih gelar sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1963.

Semasa perkuliahannya ia tergabung dalam keanggotaan aktif Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Karier di Kepolisian

Brigjen Jeanne Mandagi dikenal sebagai tokoh peduli perempuan dan jenderal wanita pertama dalam jajaran Polri.

Setelah lulus dari perkuliahan ia mulai meniti karier kepolisiannya di akademi polisi dan diangkat menjadi anggota polisi wanita pada tanggal 1 December 1965.

Kemudian pada tahun 1966, Mandagi mengikuti Kursus Peradilan Militer hingga ia diangkat menjadi Kepala Seksi Hukum Kepolisian Daerah Maluku (Kasi Hukum Polda Maluku) setelah lulus dari sana.

Pada tahun 1970, Mandagi diberi amanah sebagai Kepala Seksi Pembinaan Anak-anak, Pemuda, dan Wanita (Kasi Binapta) Polda Metro Jaya sekaligus menjabat sebagai Hakim Mahkamah Militer untuk wilayah Jakarta-Banten. Ketertarikan Mandagi pada pencegahan penyalahgunaan obat terlarang mulai ditekuninya dengan mengambil kursus United Nations Regional Course on the Control of Narcotics pada tahun 1974. 

Selang satu tahun kemudian ia lanjutkan dengan mengikuti kursus drug law enforcement di Washington, Amerika Serikat.

Sertifikasi dari beberapa kursus yang telah ia jalani mengantarkannya untuk bertugas di Markas Besar Polri di bidang reserse narkotika pada tahun 1976.

Pada tahun 1980, ia diangkat sebagai kolonel setelah lulus dari masa pendidikan kepolisiannya di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Sesko ABRI).

Pada tahun 1985, Mandagi menjabat sebagai Narcotics Desk Officer dalam organisasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara atau ASEAN) dan pada tahun 1989 selama tujuh bulan, ia menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Bimbingan Masyarakat (Sesdit Bimmas) Polri.

Kemudian pada tahun 1989 hingga 1992, Mandagi diberi kepercayaan untuk mengemban amanah sebagai Kepala Divisi Penerangan (sekarang Divisi Humas) Polri. 

Jeanne Mandagi diangkat menjadi Brigjen pada tanggal 1991 dan merupakan wanita pertama di Indonesia yang menyandang pangkat jenderal kepolisian.

Jeanne Mandagi juga pernah menjabat sebagai Konsultan Ahli di Badan Narkotika National (BNN) dan aktif dalam penanganan pemberantasan narkoba di Indonesia

Berkat sifatnya yang feminin, keibuan, sederhana, berani, dan peduli terhadap generasi muda, Mandagi dianggap sebagai inspirator tokoh wanita. Indonesia.

Bahkan di masa usia purnanya, ia masih dipercayakan menjabat sebagai penasihat ahli Jenderal Polisi Tirto Karnavian dan Ketua Asosiasi Purnawiran Penegak Hukum Anti Narkotika Indonesia (AP2ANI).

Brigjen Jeanne Mandagi juga ikut andil dalam mendirikan Yayasan Permadi Siwi sebagai pusat rehabilitasi pecandu narkotika.

Jeanne Mandagi wafat di usianya yang ke 80 tahun pada 7 April 2017 dan dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Jagakarsa, Jakarta Selatan.

5. Irjen Basaria Panjaitan

Basaria Panjaitan bernama lengkap Irjen Pol (Purn.) Basaria Panjaitan, S.H., M.H. 

Dia lahir 20 Desember 1957.

Irjen Basaria Panjaitan tercatat sebagai perempuan pertama yang berpangkat Inspektur Jenderal (Jenderal bintang dua) di dalam sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia, melalui kenaikan pangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor: 81/ Polri RI/ Tahun 2015 dan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/843/X/2015 tertanggal 20 Oktober 2015

Selain itu, Irjen Basaria Panjaitan merupakan perempuan pertama yang terpilih menjadi komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.

Ia terpilih dalam pemilihan yang dilakukan secara terbuka oleh Anggota Komisi III DPR RI pada bulan Desember 2015.

Berikut Tribun-Timur.com bagikan selengkapnya informasi selengkapnya tentang Irjen Basaria Panjaitan:

Pendidikan

Dilansir dari Wikipedia, Basaria Panjaitan adalah Sarjana Hukum lulusan Sepamilsukwan Polri Tahun Angkatan 1983/1984.

Basaria masuk Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan ditempa di sana.

Lulus sebagai polwan berpangkat Letnan Dua Polisi, Basaria langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali.

Pendidikan pascasarjana yang ditempuhnya adalah Magister Hukum Ekonomi Universitas Indonesia.

Karier Kepolisian

Basaria Panjaitan mengabdi dalam bidang reserse di Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Basaria adalah Kabag Serse Narkoba Polda NTB (1997 - 2000), Kabag Narkoba Polda Jabar (2000 - 2004), Dirserse Kriminal Polda Kepri (2006 - 2008).

Jenderal Bintang 2 ini sebelumnya menjabat sebagai Kapusprovos Divpropam Polri (2009), Karo Bekum SDelog Polri (2010), Widyaiswara Madya Sespim Polri Lemdikpol.

Basaria masuk Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan ditempa di sana. Ternyata ia diterima. 

Lulus sebagai polwan berpangkat Letnan Dua Polisi, Basaria langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali.

Dari sana, Basaria malang melintang di berbagai pos penugasan.

Basaria Panjaitan pernah menjadi Kepala Biro Logistik Polri, Kasatnarkoba di Polda NTT dan menjadi Direktur Reserse Kriminal Polda Kepulauan Riau.

Dari Batam, Basaria ditarik ke Mabes Polri, menjadi penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim.

Dia pernah memeriksa mantan Kabareskrim, Jenderal Bintang 3 Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) Susno Duadji, soal pelanggaran kode etik.

Tahun 2010 hingga 2015, Basaria menjabat sebagai Widyaiswara Madya Sespim Polri.

Basaria Panjaitan tercatat sebagai perempuan pertama yang berpangkat Irjen di dalam sejarah Polri melalui kenaikan pangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor: 81/ Polri RI/ Tahun 2015 dan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/843/X/2015 tertanggal 20 Oktober 2015.

Riwayat Jabatan

- Paur Subdisbuk Disku Mabes Polri (1984)

- Panit Sat. Idik Baya Ditserse Mabes Polri (1990)

- Kasat Narkoba Polda NTB (1997)

- Kabag Narkoba Polda Jabar (2000)

- Dir Reskrim Polda Kepri (2007)

- Penyidik Utama Dit V/Tipiter Bareskrim Polri (2008)

- Kapusprovos Divpropam Polri (2009)

- Karobekum Sdelog Polri[3]

- Widyaiswara Madya Sespim Polri[4] (2010)

- Sahlisospol Kapolri (2015)

- Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia (2015–2019). (Tribun-Timur.com/ Sakinah Sudin)

Berita Terkini