Dahlan Abubakar menyebut, awal keterpurukan olahraga Sulsel ketika pengelolaan dana hibah untuk KONI diubah.
Dana hibah dulu dari Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) ke KONI. Sekarang harus lewat Dispora.
"Dan administrasinya ribet, jadi itu memakan waktu," ungkapnya.
Ia membeberkan, ketika KONI dapat dana hibah langsung di simpan di rekening.
Tak ada atlet yang harus sampai meminjam untuk persiapan.
"Selalu ada dana untuk atlet," sebutnya.
Cabor Promosi dan Degradasi
Dahlan Abubakar menyampaikan, dulu di kepengurusannya menerapkan sistem peringkat untuk cabor.
Ada peringkat utama, pratama dan madya.
"Jadi ada proses promosi dan degradasi. Jadi siapa yang prestasinya jelek, kita turunkan," katanya.
Ia melanjutkan, para atlet didukung dengan uang transport setiap latihan.
Terakhir, Dahlan Abubakar melihat KONI akhir-akhir ini dimasuki orang-orang yang bukan pada tempatnya karena adanya kepentingan tertentu.
"Itu jadi persoalan tertentu," katanya.
Ditambah, sejumlah orang berkompeten mengundurkan diri dari kepengurusan KONI.
Seperti, Prof Ikhsan yang merupakan tulang punggung KONI. Prof Ikhsan guru besar olahraga.
Lalu ada Mappinawang yang paham aspek hukum.
"Jadi ini bahan evaluasi total, kembalikan kepada mereka caborlah. Jangan dijadikan (KONI) sebagai alat kepentingan non olahraga, non prestasi. Sayang sekali itu," ucapnya.(*)