Diantaranya babi rusa, monyet sulawesi, tarsius gunung dan anoa gunung
Menurutnya ekowisata hidupan liar perlu dilakukan secara berkoordinasi sehingga pengembangan industri pariwisata mampu memadukan ekonomi, ekologi dan masyarakat lokal.
Dalam hal ini, pemerintah pusat mempunyai peran sentral untuk mengurangi adanya perdagangan hidupan liar secara illegal ketika destinasi sedang berkembang.
“Melalui pengembangan ekowisata berbasis hidupan liar yang melibatkan semua stakeholders, keinginan untuk memanfaatkan satwa secara ekstraktif bisa dikurangi, bahkan dihentikan. Kegiatan ekowisata ini sekaligus juga memberikan dana bagi pengawasan dan pembudidayaan hidupan liar tersebut,” tambah Prof Jatna.
Secara umum, Ekowisata khususnya hidupan liar tidak hanya dapat diinisisasi dan dikelola oleh perusahaan pariwisata tanpa melibatkan pakar khususnya ahli biologi.
Peran pakar sangat penting karena berhubungan keberlangsungan objek wisata yaitu mahluk hidup.
Tanpa pemahaman yang sangat mendalam, Prof Jatna menilai destinasi wisata tersebut tidak akan berkelanjutan serta membahayakan eksistensi satwa tersebut.
Beberapa hal yang sangat penting dalam program keberlanjutan ekowisata seperti monitoring ekowisata, evaluasi program wisata hidupan liar, hingga evaluasi metode spasial melalui Sistem informasi geografis (SIG).(*)