TRIBUN-TIMUR.COM - Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo mendapatkan peringatan dari Komnas HAM untuk mengevaluasi dan mengingatkan anak buahnya agar tak menggunakan tindak kekerasan dalam menghadapi pengunjuk rasa.
Peringatan untuk Irjen Ribut yang baru sebulan menjabat Kapolda (mulai 26 Juli 2024) ini disampaikan setelah demo menentang politik dinasti Jokowi dan revisi UU Pilkada di Semarang, Jawa Tengah bertajuk "Jateng Bergerak", Senin (26/8/2024) petang, berakhir ricuh.
Demonstran dikejar polisi hingga ke Mal Paragon City Mall Semarang, Jl Pemuda, Semarang, Jawa Tengah.
Sebanyak 32 orang ditangkap dan sebagian juga dilaporkan mendapatkan kekerasan dari oknum aparat.
"Komnas HAM mendesak Kapolda Jawa Tengah dan Kapolda Sulawesi Selatan untuk melakukan evaluasi atas dugaan penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan dalam menangani dan membubarkan aksi demonstrasi mahasiswa dan masyarakat umum," kata Ketua Komnas HAM RI, Atnike Nova Sigiro dalam siaran persnya yang diterima Tribun-Timur.com, Selasa (27/8/2024).
Komnas HAM juga memperingatkan polisi tidak menggunakan tindakan kekerasan dalam menjaga keamanan, tapi lebih mengedepankan pendekatan yang lebih humanis dan terukur dalam penanganan aksi demonstrasi.
• Desakan Komnas HAM ke Kapolda Jateng dan Sulsel: Evaluasi Polisi yang Bubarkan Demo
Sementara, dikutip dari Kompas.com, Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar mengatakan, sebelum kericuhan ini, peserta aksi melakukan pelemparan batu, air dan bambu ke arah Gedung DPRD Kota Semarang.
"Ada polisi Polrestabes Semarang yang terkena lemparan di pipi kanan," kata dia, saat ditemui di Gedung DPRD Kota Semarang, Senin.
Dia mengatakan, saat ini pihak kepolisian masih mendata petugas kepolisian maupun peserta aksi yang terluka akibat kerusuhan tersebut.
"Mudah-mudahan tidak hanya luka ringan saja," kata dia.
Setelah aksi demonstrasi hari ini, pihaknya akan melakukan komunikasi dengan Polda Jateng.
Aksi demonstrasi kali ini, petugas kepolisian menerjunkan 1.541 personel.
"Dengan mendasari peristiwa malam ini. Kami pertimbangkan memberikan pengamanan unjuk rasa, sampai melihat situasi dan kondisi ke depan," ucapnya.
Perwakilan mahasiswa Universitas Sultan Agung Semarang, Bobon mengatakan, sudah lebih dari sepuluh peserta aksi dibawa mobil ambulan.
"Mayoritas sesak napas karena gas air mata. Ada juga yang terlempar karena water cannon," kata dia, saat ditemui di depan Mall Paragon Semarang.(*)