Pangda, salah satu anggota tim, adalah lulusan filsafat.
Ia bekerja sebagai tutor bagi para siswa yang tengah mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk pascasarjana.
Ia mengatakan para anggotanya semua sibuk menulis makalah dan mengajar di siang hari, terlibat dalam pekerjaan mental.
Menjual sosis setelah bekerja memberi mereka kesempatan untuk beraktivitas fisik dan membantu meredakan kecemasan akademis.
“Bagi para mahasiswa yang biasanya berkutat dengan kegiatan belajar di kampus, berjualan sosis di pinggir jalan memungkinkan kami untuk bertemu dengan banyak orang, dan menjadi cara unik untuk terhubung dengan masyarakat,” ungkapnya.
Pangda juga mengatakan ia menikmati berjualan sosis dan ingin terus menekuninya.
“Penghasilan tinggi belum tentu mendatangkan kebahagiaan.
Anak muda harus punya semangat. Tugas-tugas kecil pun bisa mendatangkan kebahagiaan besar.” imbuhnya.
Sosis-sosis tersebut dijual dengan harga antara tiga hingga lima yuan (Rp 6 ribu-Rp11 ribu) untuk dua potong.
Ziheng mengatakan mereka memperoleh penghasilan 100 hingga 200 yuan (Rp 220 ribu-Rp440 ribu) sehari.
Mereka berjualan dari pukul 10 malam hingga tengah malam.
Kisah para mahasiswa S3 berjualan sosis ini mengundang berbagai macam komentar dari netizen.
Tak sedikit netizen memuji aksi mereka.
"Kelompok pelajar ini patut dipuji atas keberanian mereka! Mereka bersedia merendahkan hati dan merasakan sisi lain kehidupan," kata seseorang di Weibo.
Sementara yang lain berpendapat berbeda, salah satunya mengatakan: "Ini adalah pemborosan sumber daya pendidikan. Mereka seharusnya dapat menggunakan waktu mereka untuk memberikan kontribusi yang lebih berarti bagi masyarakat."