Dalam setiap mengambil kebijakan internal di OPD yang dipimpinnya, sekecil apapun beliau selalu koordinasi dengan pimpinan.
Tidak salah kalau penulis menyebut kalau Kak Amiludin adalah anitesis pendidik, pustakawan yang penulis, santun dan lembut. Salah satu kata-kata almarhum kepada penulis.
Sebulan sebelum wafat penulis bersama istri berkunjung ke kediaman Kak Aminudin di kompleks PTP Maros.
Ia selalu mengingatkan penulis agar cita-citanya bisa terwujud yaitu melebarkan pembangunan perpustakaan Maros.
Selain penulis suka mengganggu dan membuat almarhum tertawa terbahak-bahak dengan joke-joke lucu, penulis juga acapkali mengajukan pertanyaan, semakin ganteng Pak Kadis karena membaca?
“ Apalagi yang mau dipikirkan Pak BAK, dunia ini sebentar lagi kita tinggalkan, dan yang abadi adalah kehidupan akherat kelak dan nama baik”.
Ungkapan kak Amiludin yang dilontarkan kepada penulis, rupanya terbukti kalau almarhum sesungguhnya telah membuktikan kata-katanya dengan meninggalkan kita semua, tepat pada usia 54 tahun.
Bupati Maros Dr.H.A.S.Chaidir Syam, S.IP.M.H. terjung langsung mempersiapkan keberangkatan almarhum menuju tempat peristirahatan terakhir di Bau-Bau.
‘ Kami sangat kehilangan atas wafatnya Pak Kadis Amiludin A, almarhum orang baik’ kata Chaidir Syam saat melayat di rumah kediaman almarhum, Senin malam.
Penulis mengutip puisi yang ditulis seniman M.Anis Kaba dalam buku bertajuk Hidayah dari Tanah Haram, Antologi puisi yang penulis persembahkan bersama beliau pada 2016 silam. Judulnya,Sebuah Cermin.
Cermin disudut kamar yang sepi
Malam semarak dalam mimpi
Menanti fajar hari
Dicermin bayangan berganti
Yang lalu telah pergi
Dan takkan kembali lagi
Menyisahkan kembali di cermin ini
Selamat jalan sahabat, guru dan kakak yang selalu memberi semangat kepada penulis agar terus bergerak dan berkarya literasi di Indonesia.
Sesungguhnya engkau telah membuktikan kata-kata Napoleon Hill, “ Jangan tanya apa yang engkau perbuat selama hidupmu, tapi tanyalah apa yang engkau tulis di dinding kuburmu”.
Abadi untukmu Kak Amiludin A, Putra turunan bangsawan Buton yang enggan menyebut kalau dirinya adalah masih turunan Raja Buton seperti ia dimakamkan di atas pusara komplek makam keluarga raja-raja Buton.