"Selain itu, ini kesempatan bagi PDIP untuk mengambil kemenangan di Pillkada Sumut sejak 2008. Selama ini, figur yang diusung partai ini sulit menembus kantong suara Islam di Pantai Timur.
Nah, figur Edy ini mampu melakukan itu," lanjut Riza.
Memang bukan hal mudah bagi PDIP untuk memberikan dukungan kepada Edy yang notabenenya bukan kader partai berlambang Banteng itu.
Namun belajar dari pengalaman PDIP kerap gagal mendudukkan kadernya sebagai Gubernur PDIP mesti mengambil langkah berani.
Terlebih calon yang akan berhadapan dengan PDIP adalah Bobby Nasution.
"Memang problematik. Mengusung kader sendiri selama ini tidak pernah menang, meski raihan suara bertambah. Tapi ya tetap kalah," kata Riza.
Dengan kombinasi berbeda yakni dengan memasangkan Edy bersama kader PDIP dapat lebih memperkuat kemungkinan kemenangan.
Apalagi PDIP memiliki kader yang memiliki basis massa berbeda dengan Edy.
Misal seperti Ketua DPD PDIP Sumut Rapidin Simbolon atau Nikson Nababan yang memiliki pendukung di Pantai Barat dan Utara Sumut.
Nama lainnya seperti Sekretaris PDIP Sumut Sutarto yang punya lumbung suara pada keturunan suku Jawa di Sumut.
"Sekarang, bisa pakai strategi berbeda dengan kombinasi kader juga. Untuk memperlebar dukungan suara," kata Riza.
"Kan banyak pilihan di partai. Misalnya untuk kantong suara di pantai Barat dan Utara, ada Nikson dan Rapidin. Atau mempertimbangkan Jawa ada Sutarto."
Terpisah, Edy Rahmayadi memastikan dirinya bakal maju pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) mendatang.
Hal itu disampaikannya, saat wawancara usai acara Halal Bihalal bersama TKD Amin Sumut yang diselenggarakan di Sekertariat TKD Sumut Jalan Sudirman, Kota Medan.
"Tadi saya sampaikan bahwa saya akan maju menjadi Gubernur itu baru niat pribadi, untuk bisa saya daftar nanti di tanggal 25 Agustus pastinya harus ada partai yang mengusung saya," katanya, Minggu (21/4/2024).