TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Dr Abdul Muttalib, menyebut penyebab nilai tukar rupiah terdepresiasi dari dollar Amerika Serikat (AS).
Diketahui, Nilai tukar rupiah berdasarkan Google Finance menyentuh angka 16.071 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Senin (15/4/2024) sore.
“Kalau dilihat dari penyebab dan indikatornya, sesungguhnya banyak sekali hal yang bisa diuraikan tentang kenapa nilai tukar rupiah menjadi anjlok dari mata uang Amerika Serikat,” sebutnya, saat dihubungi Tribun-Timur.com, Senin (15/4/2024).
Ia memaparkan, rupiah saat ini turun karena tidak terlepas dari faktor supply semakin berkurang.
Untuk alasan lebih rincinya, kata dia, supply berkurang karena investor asing menarik diri dari Indonesia guna mengurangi risiko yang lebih sedikit.
Mengingat saat ini kondisi Indonesia sedang diguncang utang dan ekonomi belum stabil, menurunnya minat beli investor karena lagi-lagi terlalu berisiko.
“Jika terus dibiarkan akan semakin banyak investor asing yang memilih untuk keluar dahulu dan supply Dolar Amerika Serikat akan semakin berkurang sehingga dapat menyebabkan kenaikan harga,” paparnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Rupiah Sentuh Rp16.000 per Dolar AS di Google Finance
Abdul Muttalib juga menyebut, permintaan barang ekspor tentu saja akan membuat neraca perdagangan akan berdampak.
Ekspor, kata dia, sangat penting bagi sebuah negara karena jika ekspor turun, maka rupiah akan semakin melemah.
“Oleh karena itu untuk menguatkan nilai Rupiah kembali, maka permintaan ekspor harus semakin bertambah,” sebut Wakil Dekan 3 FEB Unismuh Makassar tersebut.
Selain itu, faktor lainnya adalah nilai ekspor berbanding terbalik dengan impor.
Semakin rendahnya nilai impor, maka nilai Rupiah akan meningkat.
“Alasan inilah mengapa kita harus lebih mencintai produk dalam negeri untuk menekan nilai impor,” katanya.
Faktor perekonomian Amerika Serikat yang semakin menguat juta dinilai menjadi hal yang berpengaruh besar terhadap nilai tukar rupiah.
Semakin kuat ekonomi Amerika Serikat, sangat berpotensi semakin lemahnya Rupiah.