Rambu Solo Ne Linggi

Mobil Arak-arakan Ne' Linggi' Dihiasi Kepala Tedong Bonga dan Benda Pusaka

Penulis: Renaldi Cahyadi
Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mobil pengangkut peti Ne' Linggi' untuk diarak di Lapangan Rante Pangli, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Senin (15/4/2024).

TRIBUN-TIMUR.COM, TORAJA UTARA - Jenazah Ne' Linggi' akan dibawa menggunakan kendaraan yang telah disediakan.

Kendaraan ini nantinya akan digunakan untuk mengangkut peti dari Ne'Linggi' ke Tokonan di Karongian Toraja Utara.

Mobil arak-arakan jenazah ini dihias sedemikian rupa.

Hiasan paling mencolok terdapat patung kepala tedong bonga berwarna coklat tepat di depan mobil tersebut.

Lalu di atas patung itu terdapat foto dari Ne' Linggi' yang diberi hiasan-hiasan.

Bagian atas mobil terlihat tiga senjata pusaka menyerupai keris berwarna emas bernama gayang.

Pusaka itu berjejer dengan rapih di tengah-tengah bagian atas kendaraan diapit oleh dua lola.

Juga ada payung hitam tepat terpasang di bagian atas sebelah kanan kendaraan.

Masyarakat Toraja menyebut payung tersebut dengan sebutan kandadure.

Tak lupa empat bambu panjang yang ujungnya terdapat kain juga menghiasi kendaraan itu.

Serta ada patung atau orang-orangan dengan foto Ne' Linggi' terpasang di atas kendaraan.

Peti Mati Ne' Linggi' Dihiasi Lelehan Emas Asli

Peti mati Ne' Linggi' atau Yulia Maria Tangkeallo dihiasi lelehan emas.

Hal itu untuk menandakan strata sosial bagi keluarga mereka untuk pada rangkaian proses Rabu Solo Ne' Linggi'.

Ne' Linggi' sendiri adalah anak kandung dari Paulus Pongmasangka salah satu kerabat dari Pongtiku saat masa penjajahan.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Ritual Mapalao Rambu Solo Toraja: Tradisi Arak-arakan Peti Jenazah

Halaman
12

Berita Terkini