Hasanuddin mengatakan, proyek penerangan jalan umum (PJU) di jalan poros nasional ini direncanakan sepanjang 3,5 km, di awal bulan Maret 2024 lalu.
Sekitar 1,7 km dari Desa Liliriawang dan 1,8 km setelah Gua Batu GoroE, di perbatasan Bengo - Ulaweng.
Menurutnya, proyek penerangan jalan ini adalah inisiatif Kapolda Sulsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi, bersama Balai Pelaksana Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Sulsel, dan Pemprov Sulsel.
"Kita pantas berterima kasih ke Puang Kapolda," ujar Hasanuddin.
Awalnya dijadwalkan 37 tiang listrik dan panel surya lampu ini akan selesai sebelum Lebaran Idul Fitri.
"Awalnya momennya bisa dipakai mudik. Tapi kendala pengangkutan truk barang harus lewat Sidrap-Wajo-ke Bone, makanya molor."
Truk pengangkut tiang dan panel surya ini dilarang melintas di jalur Maros-Camba-Lappariaja, selama 2 pekan puncak mudik.
Sumpang Labbu adalah ikon infrastuktur jalan peninggalan kolonialisme Belanda, sebelum Kemerdekaan 1945.
Sumpang Labbu adalah bahasa Bugis yang berarti Gerbang Panjang.
Gua sepanjang 8,4 m dan lebar jalan 5 meter, dengan tinggi 4,5 m, jadi penanda utama.
Warga Bone juga mengenalnya dengan nama Batu GoroE.
"Kata kakek saya , Petta Sangka Pattiro, dinamai Batu GoroE, karena untuk membuat gua di jalan poros itu ada ratusan pria dari semua kampung di Bone, bekerja memahat (menggorok/memotong) batu itu sampai tembus pakai linggis sampai 2 bulan," ujar Nurlaeli Basir (54), guru kelahiran Watampone. (*)