52 Unit Lampu Solar Cell Terpasang, Supir: Nappana Marowa Sumpang Labbu Puang

Penulis: Wahdaniar
Editor: Alfian
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana jalan poros Sumpang Labbu, Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, sekitar 33 km sebelum Kota Watampone. Sejak Sabtu (6/4/2024) pukul 21.30 Wita malam, area disinari lampu modern tenaga surya.

 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - "Nappanna marowa Sumpang Labbu Puang (baru kali ini Sumpang Labbu ramai)," ujar Edda Mangenre (31), supir angkutan umum , Senin (8/4/2024) malam, usai mengirim video spill jalur km 88 Bone -Makassar di Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, Bone.

Supir asal kampung Cenrana, Bone ini menggambarkan suasana terang benderang di kawasan cagar budaya Gua Batu GoroE, sekitar pukul 22.15 Wita, di km 33 sebelum Kota Watampone.

Sepuluh tahun sudah, Edda setidaknya dua hingga empat kali melintas malam di jalan nasional penghubung Sulsel - Sultra ini.

Namun baru, dua hari terakhir perlintasan hutan berbukit di perbatasan kecataman Ulaweng dan Bengo itu terang benderang.

Edda Mengenre menyenbut, suasana terang di malam hari itu, membuatnya lebih percaya diri melintas di jalur ini.
"Tidak takut meki lagi Puang," ujar Edda.

Dia menyebut, lampu dipasang mobil truk dari arah Bone sejak Sabtu (6/4/3024).
Sejak Minggu (7/4/2024) pukul 21.30 Wita malam lalu, jalur sepanjang 3,2 km itu, bercahaya bak ruas jalan di ibu kota provinsi.

Senin (8/4/2024) petang, 52 tiang panel lampu solar cell, rampung.

"Dari Koppeng, kita sudah lihat cahaya lampunya Sumpang Labbu," ujar Edda.

Jalur rintisan di masa penjajahan Belanda itu, setelah 80 tahun, untuk kali pertama mendapat akses penerangan jalan umum (PJU) tenaga surya.

Baca juga: Alhamdulillah, Setelah 80 Tahun, 3,5 Km Jalan Gelap Sumpang Labbu Terang Benderang di Akhir Ramadan

Baca juga: Baterai Lampu Jalan di Sumpang Labbu Bisa Tahan 3 Hari Walau Tanpa Sinar Matahari

Sekadar diketahui, sejam delapan dekade, tak ada penerangan jalan di kawasan hutan Koppeng ini.

Hasanuddin Suaib, konsultan pemasangan penerangan jalan umum ini, menyebut spesifikasi lampu itu mutakhir.

Meski tak ada sinar matahari selama tiga hari, baterai penyimpanan panel itu bisa bertahan hingga tiga hari.

Penerangan jalan umum di ruas jalan nasional ini terealisir setelah hampir 80 tahun sejak dibangun masa kolonialis Belanda dan Romusha Jepang itu.

Apa saja spesifikasi lampu jalan solar energy panel itu?

Berikut penjelasan Hasanuddin kepada Tribun, yang dia peroleh dari Agus Lumbangtobing, prinsipal sekaligus penyedia 52 unit panel lampu dari Jakarta.

"Meski misalnya di Sumpang Labbu mendung atau hujan terus menerus, beterainya masih bisa simpan energi yang cukup untuk tiga hari, tiga malam." ujar Hasanuddin.

Dia menyebut secara teknis daya lampu LED solar energy sebesar 60 Watt.

Batterainya berteknologi lithium 110 AH dengan cadangan 72 jam.

Lampu light emmiting diode (LED) berteknologi mutakhir.

Ini setara lampu mercury dengan 250 Watt/ Son 150 Watt.

Satu unit lampu LED ini bisa Menghasilkan cahaya Lux di median jalan 27 min 27 LUX, atau radius jangkauan cahaya hingga 200 meter.

"dari pengalaman, Saya berani klaim ini PJU tenaga surya paling terang yang pernah saya lihat di Sulsel," ujar Hasanuddin.

Kapasitas Modul panel surya sekuran 1x1,5 meter ini 270 Watt Peak (Wp).

Modul surya 270 Wp adalah komponen utama dalam penyediaan energi surya.

Panel surya ini mengubah sinar matahari menjadi energi listrik dan ditampung dalam baterai lithuium, seperti yang digunakan di batterai smartphone dan mobil.

Sebanyak 52 panel WP, lampu LED, dan baterai penyimpanan ini terinstall dalam tiang listrik setinggi 9 meter.

Disebutkan ke-52 unit lampu itu sudah bersstandar SNI jalan nasional, atau jadi rujukan proyek perhubungan san balai jalan.

Untuk pemeliharaan, akan ada petugas dari balai pelaksana jalan yang setiap 3 bulan membersihkan panel surya lampu ini.

"Untuk pemeliharaan dan keamanan akan libatkan kepala desa, aparat polisi dari polsek. Itu info yang kami terima di lapanngan sama Pak Kapolres (Bone) tadi."

Hasanuddin mengatakan, proyek penerangan jalan umum (PJU) di jalan poros nasional ini direncanakan sepanjang 3,5 km, di awal bulan Maret 2024 lalu.

Sekitar 1,7 km dari Desa Liliriawang dan 1,8 km setelah Gua Batu GoroE, di perbatasan Bengo - Ulaweng.

Menurutnya, proyek penerangan jalan ini adalah inisiatif Kapolda Sulsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi, bersama Balai Pelaksana Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Sulsel, dan Pemprov Sulsel.

"Kita pantas berterima kasih ke Puang Kapolda," ujar Hasanuddin.

Awalnya dijadwalkan 37 tiang listrik dan panel surya lampu ini akan selesai sebelum Lebaran Idul Fitri.

"Awalnya momennya bisa dipakai mudik. Tapi kendala pengangkutan truk barang harus lewat Sidrap-Wajo-ke Bone, makanya molor."

Truk pengangkut tiang dan panel surya ini dilarang melintas di jalur Maros-Camba-Lappariaja, selama 2 pekan puncak mudik.

Sumpang Labbu adalah ikon infrastuktur jalan peninggalan kolonialisme Belanda, sebelum Kemerdekaan 1945.

Sumpang Labbu adalah bahasa Bugis yang berarti Gerbang Panjang.

Gua sepanjang 8,4 m dan lebar jalan 5 meter, dengan tinggi 4,5 m, jadi penanda utama.

Warga Bone juga mengenalnya dengan nama Batu GoroE.

"Kata kakek saya , Petta Sangka Pattiro, dinamai Batu GoroE, karena untuk membuat gua di jalan poros itu ada ratusan pria dari semua kampung di Bone, bekerja memahat (menggorok/memotong) batu itu sampai tembus pakai linggis sampai 2 bulan," ujar Nurlaeli Basir (54), guru kelahiran Watampone. (*)

Berita Terkini