TRIBUN-TIMUR.COM - Banyak orang memahami bahwa takdir sebagai ketetapan Allah yang sudah ditetapkan, sehingga kebanyakan masyarakat menganggap bahwa setiap manusia sudah memiliki takdirnya masing-masing.
Namun, mengapa manusia perlu berusaha jika Allah telah menentukan takdir seseorang?
Menurut ahli tafsir Alquran, Prof Quraish Shihab, dalam bukunya "Menjawab... 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui", takdir sebenarnya tidak seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang, yaitu bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Allah.
Prof Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata "Takdir" berasal dari 'qaddara', yang artinya adalah kadar atau ukuran. Jadi, maksud dari "Allah Menakdirkan" adalah bahwa Allah memberikan kadar, ukuran, atau batas tertentu dalam diri, sifat, dan kemampuan makhluk-Nya.
Menurutnya, segala sesuatu, baik besar maupun kecil, sesuai dengan takdir.
Prof Quraish mencontohkan dua ayat Alquran dalam Surah al-Furqan ayat 2:
"Allāh-ladhī lahu mulkus-samāwāti wal-arḍi, lam yattakhiẓ waladaw wa lam yakul lahū syarīkun fil-mulki, wa khalaqa kulla syai'in fa qaddarahū taqdīrā(n)."
Artinya: "(Dia) yang memiliki kerajaan langit dan bumi, (Dia) tidak memiliki anak, dan tidak ada sekutu dalam kekuasaan(-Nya). Dia telah menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat."
Kemudian, ayat 38 Surah Yasiin:
"Wa ash-shamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm(i)."
Artinya: "(Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui."
Prof Quraish menjelaskan bahwa peristiwa apa pun di alam ini, dari sisi kejadiannya, sesuai dengan kadarnya dan waktu tertentu. Hal ini yang dinamai dengan takdir.
Termasuk kemampuan manusia yang terbatas merupakan takdir Allah.
Manusia tidak akan bisa melampaui batas kemampuannya, kecuali dengan menggunakan alat yang diciptakan. Namun, akal manusia juga memiliki keterbatasan.