Sebagai atlet yang prestasinya kelas dunia, tentu miris karena pemerintah tidak memberikan wadah.
Untuk latihan saja, Erwin dan Rahmat harus sewa gym.
Belum lagi perlengkapan serta akomodasi selama latihan yang ditalangi sendiri.
Jika ada bonus yang diberikan, itu ketika atlet berprestasi.
Dan jika tidak berprestasi maka atlet harus gigit jari.
Sebagai orang tua sekaligus pelatih Rahmat, tentu tidak ingin kondisi terus berlarut-larut.
Atlet kelas dunia seperti Rahmat harus mendapatkan fasilitas yang sepadan.
“Sampai sekarang Rahmat itu juara dunia berkali-kali tidak punya tempat latihan sampai sekarang. Seluruh Indonesia itu bingung kenapa di Makassar juara dunia tapi tidak punya tempat latihan. Jadi tidak ada alasan Makassar menahan kami kalau kami mau pindah, kami sudah cukup sabar,” tegasnya.
“Sudah kami berlarut-larut, sejak kecil Rahmat tidak punya tempat latihan semua pengurus olahraga sudah tahu, Bertanding uang sendiri, peralatan beli sendiri. Itu rezeki kita, mungkin itulah yang buat kita kuat sampai kita detik ini,” pungkasnya.
Laporan Kontributor TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR, M.Yaumil