Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai ini mungkin momentum bagi PDIP untuk memperlihatkan, kemenangan di berbagai Pemilu tidak terpengaruh dengan elite dan presiden.
Secara kelembagaan, Pemilu 2024 bakal menjadi perbandingan hasil pileg PDIP dengan Pileg 2014 dan 2019, saat bersama dan berjauhan dengan Jokowi.
“PDIP ingin melepaskan ketergantungannya dengan Jokowi dan ingin memperlihatkan ke publik bahwa tanpa Jokowi suara partai tetap melimpah," ujar Arifki dalam pesan yang diterima, Kamis (11/1/2024).
Namun, tidak harmonisnya hubungan PDIP dengan Jokowi bakal merugikan untuk Ganjar. PDIP mungkin saja masih berada dalam nominasi tiga besar di Pileg 2024.
Akan tetapi, bagi Ganjar di Pilpres butuh lebih suaranya agar lebih banyak dari suara PDIP.
“Tantangan untuk Ganjar suaranya di Pileg harus lebih banyak dari suara PDIP.
Jika, suara Ganjar sama dengan suara PDIP. Artinya, PDIP dan Ganjar salah strategi karena telah menjauh dari Jokowi," kata Arifki.
"Jika Ganjar memaksimalkan narasi untuk menarik elektoral yang tidak puas dengan pemerintahan Jokowi. Kue isu harus dibagi duanya dengan Anies Baswedan," kata dia.
"Itu pun jika formasinya dibagi dua, beda cerita jika ini menjadi ranah pertarungan “positioning”, Anies perubahan dan Prabowo keberlanjutan," tutup Arifki. (*)