Herman Heizer Meninggal

Armin Toputiri: Selamat Jalan Adikku Herman Heizer Jejak Legacymu Abadi

Editor: Ari Maryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan anggota DPRD Sulsel Armin Mustamin Toputiri bersama Herman Heizer di sebuah perpustakaan.

TRIBUN-TIMUR.COM -- Mantan anggota DPRD Sulsel Armin Mustamin Toputiri ikut hadir memberi penghormatan terakhir kepada Direktur Eksekutif Celebes Research Center (CRC) Herman Heizer.

Konsultan politik itu meninggal dunia di RS Grestelina Makassar.

Armin datang melayang ke rumah duka sahabatnya itu di Kompleks Bumi Areoapala Jalan Tun Abdul Razak Kabupaten Gowa, Kamis (19/10/23).

Ia mengenang perjalanan persahabat panjangnya dengan Herman Heizer.

Termasuk rencana ngopi bareng baru-baru ini.

Namun takdir berkata lain.

Herman Heizer meninggal dunia Kamis (19/10/2023).

Berikut tulisan Armin Mustamin Toputiri mengenang Herman Heizer.

Tulisan Armin itu dikutip dari unggahan Facebooknya Jumat (20/10/2023):

MENGENANG DIK HERMAN HEIZER

Herman Heizer, wafat siang kemarin.

Andai mau disandingkan potensi dan kompetensi "langka" dimiliki, azasinya ia kategori, mati muda.

Ia lahir di Makassar, 7 Juni 1979.

Dia wafat, di usia menanjak 44 tahun.

Namun, takdir Tuhan berkehendak lain.

Menutup, mengakhiri begitu banyak obsesi besar yang telah mengagenda dalam penjajakan hidupnya.

Obsesi-obsesi itu, sedikit banyaknya saya tahu.

Tak lain -- seperti dia ungkap setahun lalu saat memberi testimoni pameran tunggal lukisan saya -- cara terus terang, mengakui jika saya satu seniornya, tempatnya mengadukan banyak obsesi, harapan-harapannya di masa datang.

***

Semalam saat melayat. Depan jenazahnya, terbayang di benak saya, masa 20-an tahun lalu, di awal perjumpaan kami.

Kala itu 2003, dia masih bujangan.

Usianya beranjak 24 tahun.

Selepas dari bangku kuliah di IAIN Ciputat, seniornya Saiful Mudjani, merekrutnya di LSI, lembaga survei politik pertama di Indonesia.

Herman yang kelahiran Makassar, diberi tugas selaku Koordinator LSI, wilayah Sulsel, Sulbar dan Sultra.

Beban tugas itu -- dia yang domisili Jakarta -- mesti banyak waktu berada di Makassar.

Di masa-masa awal menjajak Kota Makassar itulah, rumah saya dipilih sebagai tempatnya berkongkow.

Sesama alumni HMI, kami membincangkan beragam soal, juga mendiskusikan buku-buku terbitan terbaru.

Bahkan uniknya, banyak pesanan survey politik, Pilkada khususnya, jelang diserahkan ke pemesannya, rekomendasinya kami diskusikan dan rumuskan di rumah saya.

Walhasil, banyak perhelatan Pilkada di Sulsel, saya tahu petanya, jauh sebelum dan jelang pencoblosan.

***

Belakang hari, ia datang ke rumah saya bersama seorang perempuan. Chia (Syamsiah), dikenalkan calon istrinya.

Sekian bulan kelak, gadis pujaannya itu dinikahi di Jakarta.

Saya turut hadir, menyaksikan kebahagiaan berdua di atas pelaminan.

Usai menikah, dia intens meladeni banyak pesanan survey politik.

Sementara saya, juga intens mengemban amanah rakyat.

Praktis, kami tak lagi berkongkow di rumah saya.

Paling, sesekali kami janjian, mengopi di warkop.

Sekali waktu, dia menyampaikan hendak lepas dari LSI, lalu mendirikan "CRC" lembaga survey sendiri.

2011, saya diundang hadir saat lounching kantornya di Hotel Sahid.

Saya kritik logonya norak. Dia terima, tapi terlanjur masuk ke KemenkumHam.

Saat menyeruput kopi di salah satu warkop, dia menyampaikan niatnya memperebutkan kursi Ketua HIPMI Sulsel.

Saya tanyai, apa kaitan seorang surveyor bergabung di HIPMI.

Malah, balik mengulang kata-kata saya pesankan padanya sekian tahun lalu, "mesti banyak gaul di sekian organisasi".

Itulah dalihnya, dan ia benar-benar terpilih Ketua, 2016-2019.

Lain waktu, saat tengah puncak Covid-19, lagi-lagi ia mengajak saya berbincang di Hotel Claro.

Ada satu lagi obsesinya, ia berniat menjajak kursi DPR-RI.

Mumpung ketua Golkar Sulsel terpilih, mengajaknya bergabung.

Sebelum menerima ajakan itu, ia meminta pandangan saya.

Spontan saya keras melarangnya.

Dalih saya, demi menjaga integritas dirinya sebagai survreyor, juga independensi lembaganya.

"Tapi, jika memang itu obsesimu dik", kata saya "terimalah ajakan itu.

Toh, kini eranya usia kalian yang jadi pemimpin".

***

Sekian hari lalu, saat bersua usai pelantikan Wabup Luwu Timur, saya tanyai soal obsesi terakhirnya.

Dengan tutur katanya yang selalu lembut, dijawab batal ikut nyaleg 2024.

Kenapa? Tanya saya.

"Nanti saya jelaskan kak," ujarnya.

"Waktu dekat, saya kontek kak. Kita ngopi".

Sekian hari, saya menanti-nanti ajakannya mengopi, sekira menyimak curahan hatinya.

Tapi siang kemarin, justru kabar lain saya temukan berseliweran di media jejaring sosial.

Innalillahi wainna ilahi rojiuun, Herman Heizer, telah berpulang.

Dengan rasa pilu dan sedih, saya nyatakan selamat jalan adikku. Jejak legacymu abadi. Wikipedia salah satunya, mengabadikannya.

Semoga syurgalah tempatmu dik, bermukim selamanya. Ila arwahu, al-Fatihah

 

Makassar, 20 Oktober 2023

Armin Mustamin Toputiri

Berita Terkini