Makam di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Kisah di Balik Munculnya Ratusan Makam Kuno dan Kuburan Anggota PKI di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Editor: Sakinah Sudin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MAKAM KUNO-- Surutnya air Waduk Gajah Mungkur (WGM) memunculkan kembali makam kuno dan kuburan orang-orang PKI di Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Tampak makam kuno bermunuculan setelah air WGM surut sejak sebulan lalu.

TRIBUN-TIMUR.COM - Ada kisah di balik munculnya ratusan makam kuno dan kuburan orang-orang PKI di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri.

Diketahui, baru-baru ini viral di media sosial makam kuno dan kuburan orang-orang PKI muncul dari di Waduk Gajah Mungkur, di Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Makam kuno dan kuburan orang-orang PKI muncul atau tampak akibat surutnya air WGM di musim kemarau.

Lantas mengapa ada makam kuno dan kuburan anggota PKI di Waduk Gajah Mungkur?

Berikut kisah di balik munculnya ratusan makam di Waduk Gajah Mungkur!

Dilansir dari Kompas.com, Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah danau buatan yang berada sekitar 6 kilometer di selatan pusat perkotaan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Waduk ini dibuat dengan cara membendung sungai terpanjang di Pulau Jawa, yaitu Sungai Bengawan Solo.

Selain itu, Waduk Gajah Mungkur juga merupakan waduk terakhir yang dibangun sendiri oleh Kementerian Pekerjaan Umum tanpa melibatkan kontraktor.

Waduk ini diberi nama Gajah Mungkur karena lokasinya yang tidak jauh dari Pegunungan Gajah Mungkur di bagian sisi barat waduk.

Tidak hanya memiliki cerita sejarah menarik, di Waduk Gajah Mungkur ini juga terdapat sebuah makam kuno yang cukup kontroversial.

Sejarah pembangunan Waduk Gajah Mungkur

Ide pembangunan waduk ini sudah disampaikan sejak tahun 1941 oleh Kepala Pekerjaan Umum Mangkunegaran di Surakarta, yaitu Ir R.M. Sarsito Mangunkusumo.

Akan tetapi, pelaksanaan pembangunan waduk tidak bisa langsung dilaksanakan karena kondisi pada saat itu yang belum mendukung.

Hingga pertengahan tahun 1970-an, Sungai Bengawan Solo sering meluap saat musim hujan tiba yang menyebabkan banjir sekitar 93.600 hektar.

Namun, pada musim kemarau, debit air di Bengawan Solo tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar.

Halaman
1234

Berita Terkini