TRIBUN-TIMUR.COM - Sebagian besar dari kita pasti pernah merasakan ketika mencari sesuatu di pencarian google atau media sosial misalnya dengan kata kunci ”Resep Membuat Sambel Tumis Bawang” dengan seketika pencarian serupa tentang resep-resep masakan lainnya dan promosi alat-alat masak akan menghiasi tampilan feed atau eksplorer media sosial kita.
Sehingga terkadang smartphone yang kita miliki sedang berkomunikasi dengan kita melalui penyajian informasinya. Sama halnya ketika kita sering bermain media sosial seperti Facebook, Instagram atau Tiktok terkadang informasi yang sering kita lihat dan sukai maka akan terus bermunculan di media sosial kita. Itulah kehebatan sebuah data yang kemudian terolah menjadi sebuah informasi.
Lantas bagaimana data tersebut menjadi sebuah informasi yang menghiasi media sosial kita? Seakan-akan mengetahui privasi kita dan mengetahui apa yang kita inginkan?
Data terus berkembang seiring perkembangan teknologi dan informasi. Setiap hari miliaran orang mengakses internet dan berbagi informasi secara online (Haqqi dan Wijayati, 2023).
Tanpa kita sadari bahwa apa yang dilakukan dengan memanfaatkan internet adalah bagian dari kemunculan data-data yang selanjutnya dikenal dengan istilah “Big Data”.
Big Data dapat didefenisikan sebagai kumpulan data yang tercipta melalui penggunaan internet oleh masyarakat dan dapat dikombinasikan serta dianalisis sehingga menjadi sebuah informasi (Mergel Ines, 2016). Treleaven dalam Lenz (2019) bahwa Big Data merupakan kumpulan data yang memproses beragam macam data untuk mengungkapkan pola tersembunyi, tren, preferensi pelanggan dan sebagainya.
Coba bayangkan dalam sehari berapa kali kita memposting status berupa video atau foto di story media sosial kita? Berapa banyak pesan berupa teks, foto atau video yang kita kirim? Semua data tersebut terkumpul dan terekam menjadi sebuah Big Data. Sehingga tidak heran mengapa smartphone kita seakan-akan berkomunikasi dengan kita melalui sajian informasi yang diberikan melalui media sosial.
Berbicara masalah Big Data bukan berarti kita hanya berbicara masalah penggunaan media sosial namun segala aspek dalam hidup kita yang memanfaatkan internet juga bagian dari sumber Big Data. Data Keuangan, pemanfaatan teknologi seperti CCTV, Smart Dor dan penggunaan aplikasi maps semuanya adalah bagian dari sumber Big Data.
Kemampuan menyajikan informasi atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan cepat menjadikan sebuah pertanyaan, apakah Big Data dapat dijadikan alat oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat? Mengingat hakekat hadirnya pemerintah adalah memberikalan pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat.
Apakah dengan Big Data pemerintah dapat mengetahui apa yang diharapkan atau disukai oleh masyarakat? dan Apakah Big Data mampu membantu pemerintah untuk menanggapi dengan cepat apa yang dibutuhkan masyarakat?
Hadirnya Big Data menjadi peluang bagi pemerintah dalam hal pengambilan keputusan (Lenz Rainer, 2019). Dimana melalui Big Data Analytic (Analitik Big Data) dapat mengubah data menjadi sebuah pola yang muda dikenali dan menjadi informasi prediktif tentang langkah apa yang harus dilakukan kedepan.
Contoh sederhana yang mungkin sering kita jumpai, di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar atau ibu kota provinsi lainnya. Setiap kali kita hendak menuju ke suatu tempat pasti kita menggunakan aplikasi Google Maps tanpa kita sadari dengan fitur Global Positioning System atau sering disebut GPS yang ada pada smartphone kita itu sedang bekerja untuk mengirimkan data terkait perjalanan kita secara real time.
Sehingga melalui Analitik Big Data google mengkalkulasinya menjadi sebuah informasi, dimana bagian perjalanan kita yang lancar dan macet. Berangkat dari data tersebut maka pemerintah dapat mengetahui penyebab dari masalah tersebut, apakah karena kepadatan kendaraan? Kapasitas infrastruktur jalan yang kurang besar? atau kesalahan dari rekaya lalulintas?.
Berangkat dari analisis penyebab tersebut maka pemerintah dapat melakukan solusi atau mitigasi melalui pengambilan keputusan terkait kemacetan tersebut. Misalnya membuat kebijakan membatasi kepemilikan kendaraan, memperluas kapasitas infrastruktur jalan atau bahkan mengalihkan lalulintas. Namun contoh pemanfaatan Big Data ini mungkin hanya berlaku di kota-kota besar saja yang memiliki masalah kemacetan.
Lantas bagaimana dengan pemanfaatannya pada aspek lain dalam pemerintah? Misalnya aspek yang berdampak pada sosial maupun ekonomi di seluruh wilayah Indonesia?