Pandangan ketiga, yakni kaum terbuang.
Dijelaskan, kehidupan anggota geng motor, meminjam istilah Michael Foucault, dapat disebut The Life of Infamous Men.
Mereka adalah 'kaum terbuang'.
Kaum terbuang yang dimaksud yang mungkin merasa tidak memiliki jalan menuju kemsyhuran dan kehebatan.
Sebagai kompensasi atas keterbuangan, mereka mendapatkan kegairahan dalam kekerasan, dan kejahatan.
"Inilah jalan yang mereka tempuh untuk mendapatkan pengakuan atas eksistensi mereka," bebernya.
Pandangan keempat yakni, Ramadan Momentum Kepedulian.
"Sebenarnya, Ramadan bisa menjadi momentum bagi kita untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Termasuk penguatan peran orang tua, dalam memberikan pembinaan dan kasih sayang pada anak yang sedang dalam proses pencarian identitas," ujarnya
"Momentum buka puasa, ibadah tarawih, maupun sahur, dapat dijadikan wahana untuk membangun kembali kedekatan orang tua dan anak," ujarnya
Hadi menyakini jika pihak kepolisian dalam hal ini Polres Gowa sudah mengetahui dan memiki data tentang waktu dan tempat yang rawan digunakan geng motor untuk beraksi.
"Jadi mungkin intensitas patroli pada momen dan kawasan rawan tersebut perlu ditingkatkan," ujarnya.
Diam mengaku menyelesaikan masalah ini tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pendekatan hukum.
Perlu dukungan masyarakat, khususnya orang tua.
Misalnya, program 'Jagai Anakta' juga perlu dukungan dari para orang tua.
Perlu dipastikan, agar momentum ibadah Ramadan sepenuhnya dalam pemantauan orang tua.