TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Pusat Prof drh Muhammad Rizal Martua Damanik berkunjung ke Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Prof Rizal diterima Bupati Luwu H Basmin Mattayang di ruang kerjanya, Jumat (9/12/2022).
Usai diterima Basmin, Prof Rizal langsung menuju aula Kantor Bappelitbangda, Kelurahan Senga untuk memberikan edukasi percepatan penurunan stunting kepada para penyuluh KB, Tenaga Pendamping Keluarga serta Pengurus TP PKK tingkat kecamatan dan desa.
Dalam kunjungan tersebut, Prof Rizal mengingatkan kembali akan pentingnya kondisi gizi bagi anak sehingga tidak menyebabkan stunting.
“Kita harus memperhatikan periode emas anak yang sudah dimulai sejak dibuahinya sel telur oleh sperma atau masa kehamilan. Karena itu, dimasa kehamilan, para ibu perlu memenuhi asupan gizi seimbang dan memberikan stimulasi sesuai tahapan tumbuh kembang janin," ujarnya, Jumat (9/12/2022).
Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) yang terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan menjadi periode sensitif.
“Setelah anak lahir maka seorang ibu harus memperhatikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi selama enam bulan berturut-turut. Ini menjadi salah satu cara mencegah agar bayi tidak tumbuh stunting," jelasnya.
Namun, sambung Prif Rizal, masih banyak alasan para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi.
“ASI merupakan asupan makanan bagi bayi yang bergizi, praktis dan ekonomis sehingga tidak membutuhkan biaya yang mahal," lanjutnya.
"Saat ini para ibu memiliki banyak alasan untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya sehingga perlu dukungan dari seorang ayah. Salah satunya dengan membantu mengurus bayi selama ibu menyusui. Jangan campuri ASI dengan polusi asap rokok," pesannya.
Sementara itu, Ketua TP PKK Kabupaten Luwu Hj Hayarna Basmin menerangkan TP PKK bersinergi dengan Pemkab Luwu menurunkan angka stunting dengan menjalankan langkah-langkah strategis dengan memperkuat peran kelompok dasa wisma yang ada di desa.
Sehingga melalui data dari dasa wisma tersebut memudahkan pihaknya melakukan pemetaan potensi terjadinya stunting.
“Data yang diperoleh oleh kelompok dasa wisma kemudian kita koordinasikan dengan bidan desa dan posyandu setempat untuk segera melakukan penanganan," ungkapnya.
"Selain langkah tersebut, kita juga program Tri Bina, yakni Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia untuk mempercepat penurunan angka stunting. Semoga tahun 2024 di Kabupaten Luwu Zero stunting," lanjutnya.
Dari data Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Luwu Husain, data prevalensi Luwu pada tahun 2021 mencapai 10,3 persen sedangkan di tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 9,38.(*)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muh Sauki Maulana