HUT Makassar ke 415

Pakai Baju Adat Toraja, Rudi Lallo Tampil Apik saat Bacakan Sejarah Makassar di Lapangan Karebosi

Penulis: Siti Aminah
Editor: Saldy Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPRD Makassar Rudianto Lallo Bacakan Sejarah Makassar di HUT ke-415 Makassar.  

Sampai sekarang, hasil laut masih merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah Kota Makassar. 

Setelah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menggantikan kompeni perdagangan VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846.

Tahun-tahun berikutnya terjadi kenaikan volume perdagangan yang pesat, dan kota Makassar berkembang dari sebuah pelabuhan backwater kembali menjadi bandar internasional. 

Dengan semakin berputarnya roda perekonomian Makassar, jumlah penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad ke-19 menjadi kurang lebih 30.000 jiwa pada awal abad berikutnya. 

Makassar abad ke-19 itu dijuluki “kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda” (Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Polandia terkenal),dan menjadi salah satu port of call utama bagi para pelaut pedagang Eropa, India dan Arab dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia maupun perahu-perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. 

Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah-daerah independen di Sulawesi, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. 

Tiga setengah dasawarsa Neerlandica, kedamaian di bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama yang pernah dialami Sulawesi Selatan, dan sebagai akibat ekonominya berkembang dengan pesat. 

Penduduk Makassar dalam kurun waktu itu meningkat sebanyak tiga kali lipat, dan wilayah kota diperluas ke semua penjuru. 

Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan dirinya dengan sembilan perwakilan asing, sederetan panjang toko di tengah kota yang menjual barang-barang mutakhir dari seluruh dunia dan kehidupan sosial-budaya yang dinamis dan kosmopolitan.

 Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indonesia sekali lagi mengubah wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asing pada Tahun 1949 dan Nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir Tahun 1950-an menjadikannya kembali sebuah kota provinsi.

 Bahkan, sifat asli Makassar pun semakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca revolusi.

Antara Tahun 1930-an sampai Tahun 1961 jumlah penduduk m   eningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya pendatang baru dari wilayah luar kota. 

Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada Tahun 1971. 

Baru pada Tahun 1999 kota ini berubaha namanya kembali menjadi Makassar, tepatnya 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar. 

Dan sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti dengan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004, luas wilayah Kota Makassar bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut setara dengan 10.000 Ha, sehingga seluruh daratan dan lautan seluas ± 27.577Ha. 

Berikut Pejabat Wali Kota Kota Makassar dari sejak Pemerintahan Belanda sampai sekarang :

Pemerintahan Kolonial Belanda

J.E. Dambrink (1918-1927
J.H.De Groot (1927-1931)
G.H.J. Beikenkamp (1931-1932)
Ir. F.C.Van Lier (1932-1933)
Ch.H.Ter Laag (1933-1934)
J.Leewis (1934-1936)
H.F.Brune (1936-1942)
Pemerintahan Jepang
1. Yamasaki (1942-1945)
Pemerintahan NICA
1. H.F. Brune (1945)
2. D.M. Van Zwieten (1945-1946)

Pemerintahan R.I.S

J.M Qaimuddin (1950-1951)
J. Mewengkang (1951)
Pemerintahan Republik Indonesia


Sampara Dg. Lili (1951-1952)
Achmad Dara Syachruddin (1952-1957)
M. Junus Dg. Mile (1957-1959)
Latif Dg. Massikki (1959-1962)
H. Arupala (1962-1965)
Kol.H.M.Dg. Patompo (1962-1976)
Kol. Abustam (1976-1982)
Kol. Jancy Raib (1982-1988)
Kol. Suwahyo (1988-1993)
H.A. Malik B. Masry,SE.MS (1994-1999)
Drs. H.B. Amiruddin Maula, SH.Msi (1999-2004)
Ir. H. Ilham Arief Sirajuddin, MM (2004 – 2008)
Ir. H. Andi Herry Iskandar, MSi (2008 – 2009)
Ir. H. Ilham Arief Sirajuddin, MM (2009 – 2014)
Ir. H.Moh. Ramdhan Pomanto (2014 – sampai sekarang.(*)

Berita Terkini