Opini

Soekarno, Sambo dan Kepahlawanan dalam Persfektif Arsip

Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Irzal Natsir Sekretaris Umum Pengurus Wilayah Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) Provinsi Sulawesi Selatan

Oleh:

Irzal Natsir
Sekretaris Umum Pengurus Wilayah Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) Provinsi Sulawesi Selatan

TRIBUN-TIMUR.COM - Beberapa tahun lalu kita pernah dikejutkan muncul sebuah informasi yang menyatakan bahwa Ir Soekarno Sang Founding Father Negeri ini terlahir di Kota Surabaya, Jawa Timur.

Padahal kita semua tahu dan sering mendengar di masa orde baru kemarin bahwa tempat lahir Tokoh yang dijuluki Pemimpin Besar Revolusi ini adalah di Blitar.

Informasi inipun sempat dipertanyakan oleh masyarakat, apakah ini akurat atau benar???

Ternyata informasi ini didukung oleh lembaran arsip yang mendeskripsikan tempat lahir Putera Sang Fajar ini berlokasi di Kota Pahlawan, Surabaya.

Walaupun berdampak pada hiruk pikuk polemik masyarakat dalam menanggapi beredarnya informasi ini, tetapi tidak menurunkan kadar kepahlawanan dari Paduka Yang Mulia yang sering tercatat dalam lembar surat yang ditandatangani Presiden RI pertama ini.

Sebait history singkat di atas telah menunjukkan pentingnya arsip dalam menyajikan informasi yang boleh dikata lahir dari sebuah originalitas sumber informasi bahkan terlegitimasi dalam suatu periode kekuasaan ataupun pemerintahan (yang sah), dalam dunia kearsipan inilah yang disebut dengan "Arsip Statis".

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan pun telah mendefenisikan secara jelas bahwa Arsip Statis adalah: "arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip yang mengandung nilai guna kesejarahan, telah habis masa retensinya, berketerangan permanen dan telah diverifikasi oleh Lembaga Kearsipan".

Lembaga Kearsipan yang dimaksud didalam defenisi yaitu yang dibentuk dan dilaksanakan oleh pemerintah, untuk Pusat nomenkelaturnya Arsip Nasional RI sementara untuk pemerintahan daerah dominan disebut Dinas Kearsipan.

Peran lembaga kearsipan inipun dalam menjalankan tugas dan fungsinya betul betul produktif dan obyektif dalam menjaga keamanan dan kelestarian informasi yang melekat pada fisik informasi baik media kertas maupun media audio visual dan digital sebagai legacy informasi bagi anak cucu Indonesia kini dan masa mendatang.

Dalam jejak informasi 3 bulan terakhir ini kita masih disuguhi berita terkait peristiwa pembunuhan yang melibatkan mantan perwira tinggi Kepolisian di negeri ini.

Viralitas informasinya sampai saat ini tetap laris sebagai kuliner berita yang terus diburu oleh masyarakat karena sangat spesifik dan unik bahkan memberikan kejutan kejutan informasi yang lezat dalam perjalanan kasus hukum yang extra ordinary ini.

Maaf beribu ribu maaf tak ada unsur subyektivitas penulis pada case ini melainkan melihat kasus ini dalam persfektif kearsipan.

Kita semua mengikuti diawal kasus besar ini yang menceritakan terjadinya aksi tembak menembak yang melibatkan korban maupun para tersangka.

Walau pada awalnya khalayakpun sempat percaya tetapi terbantahkan dengan hadirnya arsip.

Sebagai saksi bisu arsip pun melakukan pembelaan sesuai kaidah kearsipan yang dimilikinya dengan menyajikan informasi secara cepat, akurat dan terpercaya mengisahkan kejadian secara terkronologis tanpa terbantahkan.

Arsip dalam bentuk dokumen maupun digital baik CCTV dan source media lainnya telah memuluskan tugas berat dari aparat hukum yang kita tahu sangat serius dan sungguh-sungguh dalam membuka tabir misteri peristiwa ini secara terang benderang.

Lagi-lagi arsip berperan secara cepat dan masif sebagai sumber informasi dan bernilai guna hukum dalam mendukung aktivitas pemerintahan dalam kehidupan bermasyarajat, berbangsa dan bernegara.

Arsip Kepahlawanan

Dalam suatu waktu, Bung Karno pernah berkata "JAS MERAH" yang merupakan akronim dari : "Jangan sekali-kali melupakan sejarah".

Jargon inipun telah tercatat dalam lembar demi lembar arsip menyatu dalam khasanah arsip Negeri ini yang sampai saat ini selalu diingat oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai salah satu pesan keramat dari Bapak Proklamator bahwa Indonesia tak hadir secara simple, bukan tiba-tiba ada, atau hadiah istimewa dari penjajah melainkan sebuah kompilasi kejuangan yang dilakukan oleh pejuang-pejuang kita dengan pengorbanan darah dan airmata dengan satu tujuan Freedom Of Indonesia.

Kemerdekaan yang diraihpun pun merupakan perjuangan yang dilakukan dalam bingkai kebersamaan yang tulus dan cinta tanah air dari para Pahlawan dan kesuma bangsa dengan niat mulia menghadirkan Negara yang berdaulat dengan tujuan melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia.

Sebagai memori kolektif dan Jati Diri Bangsa dan bernilaiguna sejarah, kekuatan arsip pun terus berjalan, terus menghimpun, terus mengamankan, terus menjaga, terus melestarikan informasi yang menunjukkan keelokan negeri, kebesaran bangsa, pengorbanan para pahlawan, kehebatan peradaban dan juga kisah duka yang terjadi pada Negeri berjuluk Jamrud Khatulustiwa ini.

Dalam kebisuan dan keabadiannyapun arsip membawa pesan mulia dari para pahlawan untuk menjaga peradaban dan terus berjuang menuju Indonesia yang Hebat, Baldatun, thoyyibatun, warabbun gaffur.

SELAMAT HARI PAHLAWAN, Rawat Arsip Jaga Peradaban dan Kepahlawanan.(*)

Berita Terkini