Berdasarkan data yang ia sampaikan, Indonesia berada di urutan kedua dari bawah dalam hal digital literacy.
Berbanding terbalik dengan keaktifan di sosial media.
Jika terkait dengan penggunaan media sosial, masyarakat Indonesia berada pada posisi paling atas.
"Pertanyaannya kalau kita paling rendah literasi digital, dan kita nomor satu paling ribut di sosmed, apa yang dibicarakan? Itu artinya kosong," katanya.
"Sekarang itu bukan mulutmu harimau tapi jempolmu harimaumu," sambungnya.
Terakhir, yang menjadi persoalan adalah dalam dunia pendidikan.
Bayu mengatakan bahwa dalam industri 4.0, segala pekerjaan dari otot diubah ke otak.
Hal tersebut yang perlu dipikirkan pihak dinas pendidikan Kota Makassar sebelum memasuki metaverse.
Dinas Pendidikan, kata dia, harus terlebih dulu melakukan upskilling ke masyarakat agar siap menghadapi segala perubahan baru baik di kehidupan sosial maupun di tempat kerja.
"Kalau itu tidak dilakukan, maka Dinas Pendidikan hanya mencetak pengangguran baru," katanya.
"Makanya sebelum masuk teknologi, dinas pendidikan harus berhati-hati," imbuhnya. (*)