Endriartono Sutarto, sebagai KSAD, sempat mengeluarkan pernyataan kepada publik, TNI tidak berada di belakang Presiden terkait rencananya mengeluarkan dekrit.
Mungkin terkait pernyataan itu Gus Dur kemudian memanggil Endiartono ke Istana.
“Pak Tarto, saya didatangi para purnawirawan dan para kiai. Kata mereka, kalau negara ini mau aman, saya harus mengganti Pak Tarto,” ujar Gus Dur saat itu.
Spontan Endriartono menjawab, “Gus, saya berterima kasih Anda sudah mempercayai saya sebagai KSAD. Tapi itu adalah kehandak Allah. Kalau Anda memberhentikan saya dari jabatan KSAD, saya juga punya keyakinan yang tinggi bahwa itu juga merupakan kehendak Allah. Jadi, Gus Dur silakan dilaksanakan.”
Reaksi Gus Dur terhadap jawaban Endriartono, “Pak Tarto, ini semua bukan kehendak saya.”
Begitu Edriartono sampai di rumah dinas, ia menyampaikan apa yang dialami di Istana kepada sang istri.
“Kita harus segera berkemas untuk kembali ke rumah sendiri, meninggalkan rumah dinas,” kata Endriartono kepada istrinya.
Mendadak telepon berdering, panggilan dari Istana. Endriartono menjawab baru saja menghadap Presiden. Namun tetap saja ia diminta kembali ke Istana.
Kali ini Gus Dur berkata baru saja bertemu para purnawirawan dan para kiai. “Mereka minta agar Pak Tarto dipertahankan sebagai KSAD,” kata Gus Dur.
Baca juga: TNI Bubarkan Judi Sabung Ayam di Toraja, Letkol Inf Amril Hairuman Tehupelasuri: Pasti Saya Temukan!
Baca juga: Ingat Laksamana Widodo Adi Sucipto? KSAL Pertama Jabat Panglima TNI, Karier Cemerlang Era SBY
Jarak pertemuan pertama dan kedua hanya satu jam namun isinya bertolak belakang.
Peristiwa unik selanjutnya yaitu ketika Endriartono mendapat telepon dari Sekretaris Militer (Sesmil) Marsekal Madya TNI Budi Santoso yang menyampaikan pesan Gus Dur. Katanya, kalau perwira tinggi bintang empat itu bersedia mendukung dekrit, akan diangkat menjadi Panglima TNI.
“Jawaban saya kepada Sesmil, kalau saya jadi Panglima justru nanti saya semakin punya kekuatan mencegah keluarnya dekrit.
Tapi pemakzulan tidak bisa dihindarkan setelah dekrit keluar. TNI tidak bisa membela Gus Dur sebab proses pemakzulan konstitusional,” kata Endriartono.
Melanggar etika keprajuritan
Mantan Komandan Paspampres di era pemerintahan Soeharto itu juga mempunyai cerita unik lainnya, yaitu ketika dipromosikan menjadi Wakil KSAD.
Saat itu ia minta kepada KSAD Jenderal TNI Tyasno Sudarto agar Letjen TNI Agus Wirahadikusuma tidak dipromosikan.
Alasannya karena hubungan dekatnya dengan Gus Dur, Agus secara enteng melanggar etika keprajuritan yaitu melawan atasan secara terbuka.
“Kita bisa saja berdebat habis-habisan dalam proses memilih kebijakan, tepi sekali keputusan sudah ditetapkan oleh pimpinan, semua staf harus mendukung,” kata Endriartono.
Menurutnya, apa yang dilakukan Agus Wirahadikusuma adalah mendebat pimpinan dan memublikasikan pendapatnya.
“Itu betul-betul sudah di luar etika militer. Saya tidak bisa tetap berada dalam TNI dengan mereka yang sudah tidak memegang etika militer,” tambah Endriartono.
Suatu saat Endriartono dipanggil Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Berita yang disampaikan, Presiden Gus Dur akan mengangkat Endriartono dari Wakil KSAD menjadi KSAD, dengan catatan menerima Agus Wirahadikusuma sebagai wakilnya.
Tentu saja Endriartono menolak. Akhirnya Endriartono tetap menjadi KSAD sedang wakilnya adalah Letjen TNI Kiki Syahnakri.
Endriartono juga memberikan dukungan kepada Kapolri Jenderal Pol Bimantoro yang dipecat Gus Dur gara-gara tidak mendukung dekrit.
Gus Dur menunjuk Jenderal Pol Andi Khairudin sebagai pengganti Bimantoro, namun terganjal karena sesuai undang-undang penunjukkan Kapolri harus mendapat persetujuan DPR.
“Dalam pandangan saya, kalau usaha Gus Dur terhadap Polri itu berhasil , hal yang sama akan dilakukan juga kepada TNI. Karena harus mencegah kemungkinan itulah saya mendukung Kapolri Bimantoro,” kata Endriartono.
(Dikutip dari buku berjudul ‘Dari Gestapu ke Reformasi, Serangkaian Kesaksian’ karya Salim Said, Penerbit PT Mizan Pustaka, 2013).
Dikabarkan meninggal
Sempat beredar kabar bahwa Mantan Panglima TNI Endiartono Sutarto meninggal dunia.
Kabar tersebut telah beredar di media sosial Twitter.
Sebuah akun twitter telah mengunggah status di Twitter pada tanggal 7 Juli 2020 dengan narasi : "Innalillahi wainna Illahi Roji'un.
Turut Berdukacita atas Wafatnya Jenderal TNI (Purn) DR ENDRIARTONO SUTARTO, Mph., Panglima TNI ke 14. Semoga Almarhum Wafat dalam HUSNUL KHOTIMAH dan diampuni segala Dosa dosanya serta dilapangkan kuburnya... Alfatihah... Aamiiin.."
Berdasarkan penelusuran, kabar bahwa Mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto meninggal dunia adalah tidak benar atau hoax.
Tidak ada informasi valid mengenai kabar tersebut. Faktanya, yang bersangkutan terpantau menghadiri upacara persemayaman Jenazah Brigjen TNI (Purn) DR. H. Endrarto Sutarto yang merupakan saudaranya di komplek Sederhana Kodam Jaya Kebon Jeruk, Jalan Flamboyan, Jakarta Barat pada Selasa 7 juli 2020.
Kabar terbaru Endriartono Sutarto
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto mengundang sejumlah tokoh senior TNI dalam Focus Group Discussion (FGD) di kantor Kemhan Jakarta pada Senin (10/1/2022).
Para tokoh yang hadir antara lain, Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar dan Jenderal TNI (Purn), dan Laksamana TNI (Purn) Widodo Adi Sucipto yang hadir secara virtual.
FGD tersebut membahas tentang Lingkungan Strategis dan Kontijensi Ancaman.
Kegiatan tersebut diselenggarakan untuk menggalang masukan bagi Kemhan dalam menghasilkan produk-produk strategis di bidang penyelenggaraan pertahanan negara.
“Kemhan mengundang tokoh senior TNI yang memiliki pengalaman dalam penyelenggaran pemerintahan dan penyelenggaraan pertahanan negara. Terima kasih atas kesediaan para senior untuk hadir meluangkan waktunya”, kata Prabowo dikutip dari akun Instagram resmi Kementerian Pertahanan, @kemhanri, pada Rabu (12/1/2022).
Selain itu, turut hadir pejabat dari Kemhan dan perwakilan dari Mabes TNI dan TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, dan Universitas Pertahanan dalam diskusi tersebut. (*)