Oleh: Firdaus Muhammad
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin dan Ketua Komisi Infokom MUI Sulsel
Impian bersilaturahim dengan Anregurutta Prof KH Ali Yafie terwujud. Tepatnya, Ahad 30 Januari 2022 jelang magrib tiba di kediaman beliau.
Masih terpasang tenda dan ucapan belasungkawa dari KH Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum PBNU) atas wafatnya Azmi Ali Yafie, putra beliau, malam itu masih digelar taziyah.
AGH Helmi Ali Yafie menjemput di luar halaman sembari membuka pintu di kediamannya, di Kompleks Bintaro yang didiaminya sejak awal tahun 1990-an.
Terhitung penduduk awal di kompleks tersebut.
Sesaat berbincang AGH Helmi Ali Yafie lalu terdengar azan magrib.
Tiba-tiba Anregurtta Prof KH Ali Yafie keluar dari kamarnya dengan menggunakan tongkat.
Kami shalat berjamaah di ruang tamu, saya didaulat imam. Seusai shalat, lalu saya minta didoakan sembari bincang-bincang dengan beliau, masih kuat ingatan, pendengaran yang tajam serta penglihatan yang normal tanpa kacamata.
Di antara yang ditanyakan, bagaimana kabar Prof Andi Rasydiana Amir, sahabatnya.
Lalu kami makan malam bersama. Saat makan beliau suap sendiri dengan menu bubur dilengkapi papaya campur madu yang telah dihaluskan.
Kala makan itu, HP AGH Helmi Ali Yafie berdering sehingga bergeser posisi bicara seperlunya, lalu duduk kembali di tempat makan tepat di samping gurutta.
Memperhatikan anaknya sibuk kirim WA beliau lalu menegurnya dengan Bahasa Bugis, “anreno yolo” makanlah dulu.
Saya tertegun, indah sekali ungkapan itu, teguran orang tua kita dahulu agar menghentikan seluruh kegiatan lain termasuk cerita saat makan.
Seusai makan, gurutta kembali ke kamar beristirahat.
AGH Helmi Ali Yafie dengan tekun menyiapkan tempat tidur lalu membunyikan tadarus Al-Quran sembari membuka channel TV berbahasa Arab.
Saat itu saya menitipkan 2 botol air aqua kecil dibarakkaki. Seusai memastikan kondisi gurutta aman, lalu AGH Helmi Ali Yafie kembali ke ruang tengah berbagi cerita.
Menjelang isya saya pamit.
Anregurutta Prof AGH Ali Yafie pernah mendapat amanah selaku Ketua Umum MUI pusat.
Rais Aam PBNU, Ketua ICMI Pusat. Selain itu juga menjadi tokoh Darud Dakwah wal-Irsyad (DDI) yang didirikan Anregurutta KH Abdurrahman Ambo Dalle itu.
AGH Ali Yafie dilahirkan pada tanggal 1 September 1926 di Desa Wanidonggala, Sulawesi Tengah.
Kini usianya 96 tahun. Ayahnya bernama AGH Muhammad Yafie merupakan ulama cukup berpengaruh di daerah tersebut.
Sementara kakeknya bernama Syaikh Abdul Hafidh Bugis, seorang ulama yang cukup lama mengajar di Masjidil Haram, Mekkah.
Usia 12 tahun mampu membaca kitab kuning.
Mengaji kitab kuning di Pesantren Ainur Rofiq, Rappang-Sidrap, Sulsel, di bawah asuhan as-Syeikh Ali Mathar kemudian mengaji kitab kuning di bawah bimbingan Syeikh Mahmud Abdul Jawad, ulama kharismatik yang mukim di Bone.
Penghargaan terhadap keilmuannya sehingga Prof KH Ibrahim Husen kala itu menjabat rektor IIQ (Institut Ilmu Al-Qur’an) menganugerahkannya gelar professor, tepatnya tanggal, 12 Oktober 1991 di Jakarta.(*)