Timor Leste

Ada yang Tinggalkan Negara Gara-gara Diusir Paksa, Simak 10 Fakta Pengungsi Timor Leste

Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penduduk Timor Leste - 10 Fakta Pengungsi Timor Leste

7. Mantan Presiden Adalah Pengungsi

Mantan Presiden José Ramos-Horta sendiri adalah seorang pengungsi dari Timor Leste.

Selama pendudukan Timor Leste oleh Indonesia dari tahun 1975 hingga 1999, Ramos-Horta adalah pendukung kuat kemerdekaan Timor Leste, meskipun ia sendiri tidak pernah mengangkat senjata.

Dia mempresentasikan kasus kemerdekaan Timor ketika tinggal sebagai pengungsi di Australia dan AS, dan pada 1980-an memulai proses negosiasi dengan Indonesia, yang berpuncak pada presentasinya tentang rencana perdamaian ke Indonesia pada tahun 1992.

Rencana perdamaiannya termasuk kesepakatan antara Indonesia dan Timor Leste dalam kerjasama kemanusiaan, dan mengizinkan organisasi internasional seperti PBB untuk bekerja di Timor Leste.

Karyanya sebagai pengungsi dari Timor Leste dan pembelaannya yang damai untuk kemerdekaan Timor membuatnya mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian, yang dia bagikan dengan Uskup Timor Leste Carlos Belo.

8. Diusir Paksa

Tidak semua pengungsi dari Timor Leste meninggalkan negaranya atas kemauan mereka sendiri.

Ribuan orang diusir secara paksa dari negara itu oleh pemerintah dan pasukan pro-Indonesia dan didorong ke Timor Barat, yang dikendalikan oleh Indonesia.

Baca juga: Terungkap Penyebab 4.000 Warga China Menetap di Timor Leste, Kini Nyaris Kuasai Plaza Timor

Baca juga: Sosiolog Unhas Ungkap Seteru Vaksin dan Masa Depan Dunia Pascapandemi Covid, AS-China Saling Tuding

Hal ini dilakukan untuk meredam gerakan kemerdekaan di Timor Leste.

Banyak dari pengungsi ini juga dipulangkan oleh PBB, tetapi sekitar 100.000 memilih untuk tetap tinggal di provinsi Indonesia Nusa Tenggara Timur setelah kemerdekaan penuh Timor pada tahun 2002.

9. Bantuan untuk Pengungsi

Para pengungsi dari Timor Leste di Indonesia menerima sedikit atau tidak sama sekali bantuan dari pemerintah Indonesia, tetapi kelompok-kelompok swasta, badan-badan internasional dan organisasi keagamaan memberikan bantuan.

Misalnya, Suster Sesilia Ketut, seorang biarawati Indonesia, menyumbangkan uang kepada para pengungsi untuk membantu mereka memulai usaha menenun dan mencari nafkah selama di Indonesia.

Suster Sesilia memulai Forum Perempuan dan Anak pada tahun 2000 untuk membantu lebih dari 300 janda yang tinggal di Indonesia yang kehilangan suami mereka dalam perjuangan untuk kemerdekaan Timor.

Halaman
1234

Berita Terkini