Tribun Pinrang

Tak Ada Kata Gengsi Nur Aini Mahasiswi UNM Rela Jadi Buruh Angkut Semen, Intip Prestasinya

Editor: Suryana Anas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nur Aini saat hadir di Ngobrol Virtual Tribun Timur, Minggu (12/12/2021). Nur Aini (20), mahasiswi UNM viral di media sosial Tiktok usai memperlihatkan pekerjaanya sebagai buruh angkut semen.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Nur Aini (20), mahasiswi UNM yang berparas cantik viral di media sosial Tiktok usai memperlihatkan pekerjaanya sebagai buruh angkut semen.

Mempunyai paras cantik, Nur Aini tidak malu  dengan pekerjaannya itu.

Ia bercerita bagaimana video saat mengangkut semennya itu bisa viral.

"Awalnya cuma iseng-iseng buat video saat bekerja angkut semen. Sewaktu saya posting, ternyata banyak yang nonton," kata Nur Aini saat hadir di Ngobrol Virtual Tribun Timur, Minggu, (12/12/2021).

Saat videonya viral, banyak netizen yang tidak percaya dengan pekerjaannya itu.

Banyak yang mengira kalau Nur Aini hanya ingin cari sensasi dan buruh angkut semen itu untuk dijadikan konten saja.

"Pas pulang kampung ke Pinrang itu, saya beritahu Mama, kalau video yang angkut semen viral tapi banyak yang tidak percaya," ucapnya.

Akhirnya, Mama Aini menyuruhnya untuk membuat video kedua.

"Video kedua itu, saya perlihatkan keseharian saya, orang tua dan adik-adik saya yang jadi buruh angkut semen," katanya.

Tidak disangka, video keduanya ini kembali viral dan orang-orang pun mulai percaya.

Awal Mula Nur Aini Jadi Buruh Angkut Semen.

Ayah dan Ibu Nur Aini bekerja sebagai buruh angkut semen sudah 10 tahun lamanya.

Ayahnya bernama Masdar (42) dan ibunya bernama Norma (41).

Waktu itu, Aini masih duduk di bangku sekolah dasar (SD)

Belum tahu pekerjaan orang tuanya.

Setiap hari, Aini menunggu kedua orang tuanya pulang hingga larut malam. 

"Saya bertanya-tanya, kenapa orang tua saya lama terus pulang," katanya. 

Duduk dibangku SMP, Aini mulai penasaran dengan pekerjaan orang tuanya itu

Ia akhirnya memilih untuk ikut jika orang tuanya bekerja.

"Dari situ saya lihat orang tua saya bekerja. Ternyata pekerjaan mereka susah. Jadi saya berniat untuk membantu," ucapnya.

Perjalanan Aini untuk membantu orang tuanya menjadi buruh semen tidaklah mudah.

Kulit punggungnya mulai terkelupas dan berdarah.

"Saya coba jadi buruh angkut semen juga. Ternyata tidak mudah. Awal-awal itu kulit punggung saya berdarah dan terkelupas," tuturnya.

Ia juga bercerita, jika alasan utama untuk menjadi buruh angkut semen itu karena Ibunya pernah sakit karena dijatuhi beberapa sak semen.

"Kaki mama saya patah waktu sementara angkut semen. Jadi Mama saya berhenti sebentar bekerja. Saya yang gantikan," ungkapnya.

Kaki ibunya Aini sempat ingin dioperasi. Namun, waktu itu masih pandemi Covid-19 jadi mereka takut ke rumah sakit

"Itulah yang membuat saya bekerja sebagai buruh angkut semen. Untuk meringankan beban orang tua dan membiayai sekolah adik-adik saya," tuturnya.

Mahasiswi Berprestasi

Nur Aini saat ini menempuh pendidikan di Universitas Negeri Makassar.

Ia jurusan Pendidikan, Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi semester 4.

Nur Aini bercerita, sebelum masuk UNM, ia pernah berhenti berkuliah.

"Saya lulus SMK tahun 2019. Trus kuliah tapi berhenti karena keadaan ekonomi," bebernya.

Tahun 2020, Nur Aini kembali mendaftar lewat jalur berprestasi di UNM dan daftar beasiswa.

"Alhamdulillah lulus dan dapat beasiswa," ucapnya.

Saat menganggur selama setahun itu, ia fokus membantu orang tua dan latihan pencak silat. 

Diketahui, Nur Aini lolos jalur berprestasi karena ia merupakan atlet pencak silat.

"Saya atlet pencak silat. Alhamdulillah selama ini wakili Pinrang. Kemarin waktu Porda saya wakili kelas A Putri," bebernya.

Saat ini, di sela-sela kuliahnya, ia juga fokus latihan pencak silat untuk persiapan Porda.

Satu Keluarga Buruh Semen

Nur Aini merupakan warga Desa Mattiro Ade, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Ia anak pertama dari lima bersaudara.

Adiknya bernama Aswandi (18), Nur Diana (17), Nur Halisa (15) dan Nur Aulia (14)

Keempat adiknya ini juga merupakan buruh angkut semen.

"Orang tua saya itu buruh semen panggilan. Jadi kalau ada yang panggil, baru kita ramai-ramai ke sana untuk angkut semen," kata Aini

Dulunya Masdar dan Norma dipanggil dengan sebutan "Buruh Angkut Semen Suami-Istri".

Saat ini, semua adik-adik Nur Aini juga ikut membantu orang tua. 

Kendati menjadi buruh angkut semen, keempat adiknya tidak melupakan pendidikan. 

Aswandi saat ini berkuliah di STKIP Cokroaminoto Pinrang semester satu.

Nur Diana bersekolah di SMKN 2 Pinrang kelas 3 jurusan TKJ.

Nur Halisa bersekolah di SMKN 2 Pinrang kelas 2 jurusan TKJ.

Sementara Nur Aulia bersekolah di MTS Negeri Pinrang.

Mereka membantu orang tuanya saat pulang sekolah.

Berbeda dengan Nur Aini yang bercita-cita jadi guru, keempat adiknya bercita-cita sebagai tentara.

Bahkan adiknya yang bernama Nur Halisa, sangat ingin bertemu dengan Panglima TNI, Jenderal TNI Andika Perkasa.

Diupah Rp 600 per Satu Sak Semen

Biasanya, Nur Aini dan keluarga mengakut semen sebanyak 850 sak dengan berat 50 kg.

Untuk satu sak semen, dihargai Rp600.

Awal-awal orang tuanya jadi buruh angkut semen itu, masih diupah Rp400.

Setelah beberapa tahun, upahnya naik menjadi Rp500.

Dua tahun belakangan, upah angkut semennya sudah menjadi Rp600 hingga sekarang.

Saat ditanya, kenapa tidak menaikkan harga semen, Ayah Nur Aini, Masdar, mengatakan kalau ia takut langganannya akan berpindah.

"Nanti kalau mahal, tidak ada yang mau panggil saya lagi. Jadi tidak apa-apa diupah Rp600," kata Masdar saat ditemui di rumahnya.

Tidak Malu dan Tidak Pernah Dikucilkan Teman-Teman atau Tetangga

Nur Aini mengaku selama bekerja sebagai angkut semen, ia tidak pernah merasa dikucilkan oleh lingkungannya.

"Malahan teman-teman itu selalu mendukung dan mendoakan. Tetangga juga semuanya tidak pernah meremehkan kami," ucapnya.

Nur Aini dan adik-adiknya justru merasa bangga dengan pekerjaannya itu.

"Ini pekerjaan halal yang harus kami syukuri. Kami bisa hidup karena pekerjaan ini," ucapnya.

Ia menuturkan, jika orangtuanya selalu berpesan untuk tidak malu dan gengsi.

"Kita tidak bisa sukses kalau dipikiran kita selalu ada kata 'gengsi'," tuturnya.

Tanggapan Setelah Viral

Nur Aini mengaku tidak menyangka dirinya bisa viral.

Keluarganya pun juga tidak menyangka.

"Meskipun viral, orangtua saya bilang kalau tidak boleh merasa di atas. Ini hanya sementara. Kita harus tetap rendah hati," ungkapnya. 

Berita Terkini