Timor Leste

Dulu Timor Leste Terancam Bangkrut, Kini Ladang Minyak Buffalo Hasilkan Uang Triliunan Gegara Ini

Editor: Ansar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Timor Leste dan minyak bumi-

TRIBUN-TIMUR.COM - Timor Leste hingga kini masih menjadi negara ladang minyak bumi dan gas.

Sejak pisah dari Indonesia, Timor Leste mengandalkan minyak dan gasnya sebagai sumber ekonomi.

Hanya saja Timor Leste tak mampu menholah sendiri minyaknya dan masih mengandalkan negara lain.

Akibatnya, Timor Leste harus berbagi kekayaan minyaknya dengan negara yang membantunya.

Dikutip dari BangkaPos.com, Rabu 1 Desember 2021, Timor Leste diberkati dengan pendapatan minyak dan gas sebesar US$23 miliar atau sekitar Rp 329 triliun selama 15 tahun terakhir.

Angka tersebut dilaporkan mampu membayar 86% kegiatan negara.

Tapi era ini hampir berakhir, dan mengekspor sisa minyak serta gas mungkin hanya bisa membiayai pemerintah satu atau dua tahun lagi.

Bahkan jika investasi dana kekayaan negara US$19 miliar (Dana Perminyakan) terus berjalan dengan baik.

 Timor Leste hanya punya waktu sedikit dengan masa depan tidak pasti dan menakutkan.

Akan tetapi kini sepertinya pemerintah Timor Leste bisa bernapas lega.

Dilansir dari energyvoice.com via intisari-online, pada Sabtu (6/11/2021), Timor Leste bisa mengantongi lebih dari 600 juta Dollas AS jika sumur eksplorasi Buffalo-10, yang dibor akhir Oktober, berhasil.

Operator, Carnarvon Petroleum Australia, serta mitra Inggris, Advance Energy, mengatakan, mereka telah mengamankan rig pengeboran jack-up untuk penyelidikan di ladang bersejarah Buffalo di lepas pantai Timor Leste.

Carnarvon and Advance mengatakan mereka telah memilih rig pengeboran jack-up untuk sumur eksplorasi Buffalo-10 dan kontak formal sekarang sedang diselesaikan.

Hingga kini, semua baik-baik saja.

Oleh karenanya, pengeboran akan dimulai akhir Oktober ini dan hasil penyelidikan akan tersedia pada awal Desember.

Carnarvon Petroleum yang terdaftar di Australia dan Advance Energy yang terdaftar di Inggris, berharap untuk mengembangkan lebih dari 30 juta barel minyak yang tampaknya ditinggalkan oleh operator sebelumnya.

Ini termasuk BHP dan Nexen Petroleum, di lepas pantai Timor Timur, yang juga dikenal sebagai Timor Leste.

Ladang minyak Buffalo awalnya ditemukan pada tahun 1996 oleh BHP dan menghasilkan 20,5 juta barel minyak ringan antara tahun 1999 dan 2004.

BHP kemudian mengoperasikan lapangan tersebut selama dua tahun sebelum dijual ke Nexen.

Kedua operator gagal membuka kunci minyak yang ada di puncak geologis lapangan, yang dikenal sebagai loteng.

Sumur eksplorasi Buffalo-10 akan menguji keberadaan akumulasi minyak loteng yang berpotensi signifikan.

Meskipun beberapa pengamat industri skeptis bahwa operator sebelumnya dapat melewatkan volume minyak yang begitu besar, kepala eksekutif Advance, Leslie Peterkin, menjelaskan alasannya di balik taruhan bullish pada Buffalo.

Jika pengeboran terbukti berhasil dan mereka menemukan sekitar 30 juta barel minyak, maka Timor Leste dapat mengantongi sekitar 450 juta Dollar AS (Rp6,4 trilun) selama masa proyek lima tahun.

Hal itu menurut Peter Strachan, seorang analis energi independen yang berbasis di Perth.

Ini didasarkan pada harga minyak 75 Dollar AS per barel dengan biaya pengembangan dipatok 450 juta Dollar AS dan biaya operasi 1.050 juta Dollar AS.

Jika biaya pembangunan kurang dari 450 juta Dollar AS (15 Dollar AS/barel) maka pemerintah Timor Leste akan menerima lebih banyak.

“Keuntungan bagi pemerintah bisa melihatnya mengantongi 610 juta Dollar AS selama masa proyek lima tahun,” kata Strachan kepada Energy Voice.

Kepala eksekutif Carnarvon Adrian Cook mengatakan bahwa “ladang Buffalo memberikan peluang bagus untuk dengan cepat memberikan pengembangan minyak berbiaya rendah.

"Ini akan siap memanfaatkan pasar minyak yang menguat dan memperkirakan kekurangan pasokan," tutupnya.


Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Dirumorkan Terancam Bangkut, Ladang Minyak Timor Leste Kini Bakal Hasilkan Uang Triliunan Gegara Ini

Berita Terkini