Jenderal Bintang Lima

Hanya Ada 3 Jenderal Bintang Lima di Indonesia, Pejuang Masa Perang dan Isi Kemerdekaan, Siapa Saja?

Editor: Arif Fuddin Usman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam Pertempuran Ambarawa. Ini peta pikiran Pertempuran Ambarawa.

TRIBUN-TIMUR.COM - Tahukah kamu ada tiga jenderal bintang lima, pangkat tertinggi di Tentara Nasional Indonesia atau TNI.

Sejarah mencatat tiga tokoh ini yang mendapat kehormatan jenderal bintang lima, selain sosok Soeharto.

Sejauh negara ini mencatat pangkat tertinggi di militer Indonesia adalah jenderal besar atau jenderal bintang lima hanya tiga orang.

Dan gelar tersebut tidak sembarangan diberikan. Hanya kepada sosok yang dinilai berjasa sangat besar.

Padanan pangkat ini adalah laksamana besar dan marsekal besar.

"Pangkat Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia, Laksamana Besar Tentara Nasional Indonesia, dan Masekal Besar Tentara Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya diberikan kepada Perwira Tinggi yang sangat berjasa terhadap perkembangan bangsa dan negara pada umumnya dan Tentara Nasional Indonesia pada khususnya," demikian bunyi Pasal 7 Ayat (2a) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1997.

PP juga menyatakan pemberian pangkat ini diberikan oleh presiden atas usul panglima TNI, sedangkan perwira tinggi TNI yang sangat berjasa adalah yang sebagai berikut:

a. Perwira Tinggi terbaik yang tidak pernah mengenal berhenti dalam perjuangannya dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia;

b. Perwira Tinggi terbaik yang pernah memimpin perang besar dan berhasil dalam pelaksanaan tugasnya; atau

c. Perwira Tinggi terbaik yang telah meletakkan dasar-dasar perjuangan ABRI

Sejak tahun 1997, hanya ada tiga orang yang berhasil menyandang pangkat jenderal bintang lima.

Mereka adalah Jenderal Besar Soedirman, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, dan Jenderal Besar Soeharto.

1. Jenderal Soedirman

Lahir di Purbalingga 24 Januari 1916, Soedirman dididik dari kecil menjadi anak yang disiplin dan sopan santun sesuai budaya Jawa yang tradisional.

Ia memasuki dunia militer saat mengikuti latihan Pembela Tanah Air (PETA) angkatan kedua di Bogor, kemudian ia diangkat menjadi daidanco (komandan batalyon) di Kroya, Banyumas.

Halaman
1234

Berita Terkini