Tiga pekan sebelum meninggal, selama 13 hari ADS mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Beliau dinyatakan positif Covid-19.
Saat meninggal, ADS sudah terkonfirmasi negatif.
Tiga dekade terakhir, tokoh olahraga nasional ini, memang menanggung beban medik panjang.
Sejak awal dekade 1990-an, ADS begitu disiplin mengkonsumsi belasan ampul obat dan vitamin harian.
Selama lima tahun, dia menjalani terapi medik hemodialisis; atau cuci darah.
Organ filter darahnya, ginjal tak lagi normal.
Hingga akhirnya, tahun 2017 lalu.
“Saya lihat bagaimana Puang melepas Isa (anak perempuan ADS yang kini bermukim di Amerika Serikat) masuk ke ruang operasi untuk melapas satu ginjal untuk ayahnya,” kata Adam, kepada Tribun.
Dikutip dari buku “Andi Darussalam Tabusalla AKU DAN TUHANKU” (Andy Pallawa; Global Publishing, 2020), ADS bertutur tentang beban itu.
Setelah kurang lebih 5 tahun menjalani proses cuci darah (hemodialisa), atas saran dokter, ADS pun melakukan operasi transplantasi ginjal. Waktu lima tahun untuk ukuran Kota Makassar, termasuk sangat jarang.
Maksud saya, sangat jarang pasien yang menjalani cuci darah bisa bertahan.
Beberapa pasien malah sudah meninggal dunia, padahal baru beberapa kali cuci darah.
Tetapi di “Mount Elizabeth Hospital” Singapura, ADS mendapati beberapa pasien yang berusia lanjut dan mengaku sudah 20 tahun menjalani cuci darah.
Sisi religius ADS bukan saat terapi cuci darah dan transplantasi ginjal.
Adam bercerita, sepanjang awal dekade 2000-an, dia menjadi saksi.
“Saya ingat saban naik pesawat ke mana saja, duduk di kereta dari Jakarta ke Cilacap, pasti Puang selau cari Alquran hijaunya.”
Adam berkisah, dia beberapa kali dapat teguran, kalau salah meletakkan Alquran di tasnya.
“Selain disiplin minum belasan obat, dan suntik ke alat pacu ginjal di dada, dia juga disiplin cari Quran,” kenang Adam.