Pada tanggal 12 Juli 1956 ia diangkat menjadi Gubernur Sementara Sulawesi, jabatan yang dipangkunya sampai tanggal 20 April1960.
Pada tanggal 2 Maret 1957 Andi Pangeran Pettarani adalah salah satu orang yang ikut dalam penanda tanganan Piagam Permesta. Perdjuangan Rakjat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia (1958-1961)
Setelah itu dirinya diangkat sebagai Gubernur Militer Sulawesi Selatan – Tenggara oleh Pemerintahan Militer Permesta. Dan secara resmi pada tanggal 1 April 1957,dia diangkat sebagai Gubernur Militer Sulawesi dan diberi pangkat Perwira Menengah TNI.
Disebut GodFather
Pettarani juga dikenal sebagai pemimpin yang menyatu dengan rakyat, sehingga rakyat Sulsel terutama warga kota makassar memberi julukan GodFather.
Dimana pada saat itu ketika dia menjabat sebagai Gubernur Sulawesi (1956-1960),d irinya pernah mengajak anaknya pergi ke tempat cukur. Sang anak langsung menyiapkan mobil sedan, tapi Andi Pangerang Pettarani kemudian memanggil becak.
Di atas becak tersebutlah, Andi Pangerang Petta Rani menasihati anaknya bahwa, “Kita harus merasakan hidup sebagai orang biasa, jangan sombong walau seorang anak gubernur atau raja sekalipun.Tidak selamanya mempunyai mobil dan tidak selamanya menjadi anak gubernur atau raja. Dan suatu saat bila jabatan lepas dan tidak punya mobil kita tak harus canggung".
Hidup sederhana memang melekat dalam diri pemimpin yang satu ini.
Tanah warisannya lebih banyak dia bagikan kepada rakyatnya. Dan suatu saat ia dihadiahkan sebuah rumah yang cukup mewah oleh seseorang.
Tapi pemberian tersebut ditolaknya dengan bijak, dia mengatakan, “saya lebih suka tinggal di rumah sendiri”.
Karena orang itu memang berniat memberikan hadiah dengan ikhlas, sebagai gantinya, Petta Rani dihadiahkan sebuah jam tangan.
“Untuk mengingatkan Petta bilamana waktu shalat tiba,” katanya memberi alasan. Merasa berat untuk menolak lagi akhirnya Petta Rani menerimanya.(*)