Saya masuk Unhas tahun 1982, pada Fakultas Ekonomi.
Saat itu Rektornya adalah Prof Ahmad Amiruddin.
Dua periode beliau menjabat.
Saya mengalami pergantian 4 kali pimpinan Universitas, dari Prof Ahmad Amiruddin, ke Prof Hasan Walinono, sampai ke Prof Fachruddin, terakhir Prof Basri Hasanuddin.
Semua kepemimpinan di era ini, diakui banyak pihak bahwa universitas memiliki pencapaian yang luar biasa.
Pada masanya banyak pemikir terkenal di negeri yang besar ini lahir dari Unhas, sebut saja Prof Mattulada, Prof Zainal Abidin Farid, Prof A Muis, Prof Burhamzah, Sinansari Ecip, Prof Halide, Prof Syukur Abdullah, Prof Kustiah Kristanti, Prof Latanro, HD Mangemba, Prof Arifin Sallatang, Prof Akil, Prof Basri Hasanuddin, Prof Dr WIM Poli, Dr Marwah Daud Ibrahim, Prof Anwar Arifin, Prof Achmad Ali, Ishak Ngeljaratan, Taslim Arifin, SM Noor, A Madjid Sallatu, Alwy Rahman, dan Hamid Awaluddin.
Kontribusi dan peran para civitas akademika Unhas ini tercatat dan diakui dari daerah hingga ke tingkat nasional.
Di tingkat daerah, sudah tidak diragukan.
Para pemikir dan aktivis yang berasal dari Unhas turut menjadi penentu kebijakan.
Riset-riset yang dilahirkan Lembaga Penelitian Unhas (Lephas Unhas) betul-betul berdampak ke masyarakat.
Contoh riset ketahanan pangan bernama “Lappo Ase”, berarti menumpuk padi, berhasil diterapkan Gubernur Sulsel Andi Oddang.
Melalui adopsi Lephas itu, Sulsel menjadi lumbung pangan nasional di pertengahan tahun 80-an.
Berkat kontribusi Unhas itu pula, Soeharto mengganjar dengan menyediakan satu fasilitas riset di bidang pertanian, yaitu Balitbang Pangan Maros, suatu lembaga atau fasilitas riset Unhas.
Dari Balitbang inilah, lahir ribuan sarjana pertanian Unhas dan puluhan doktor pertanian Unhas, IPB dan Universitas yang ada di wiilayah Indonesia Timur yang punya fakultas pertanian..
Tidak hanya itu, Soeharto juga mempercayakan Prof Muin Pabinru yang sebelumnya menjadi Kepala Lephas Unhas dalam riset Lappo Ase itu, menjadi Dirjen Ketahanan Pangan di Kementan.