Mukjam Ramadan

Agar Bersyukur; Sempurnakan Hitungan (Puasa), Bertakbir, Lalu Maaf . .

Penulis: Thamzil Thahir
Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Thamzil Thahir

Editor In Chief Tribun Timur

SYUKUR adalah terminal akhir pepuasa, taqwa kendaraannya, dan bulan Ramadan adalah moment terbaiknya.

Rasa syukur bisa tercapai saat kamu menuntaskan ketentuan puasa, menyempurnakan bilangan puasa (30 hari), mempermudah bukan mempersulit urusan kebaikan, ber dan terus bertakbir memuji ke-Agungan-Nya. (QS 2:185)

‎يُريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر، ولتكملوا العدّة ولتكبروا الله على ما هدىكم ولعلكم تشكرون

Dinukilkan dari Ulumul Kitab Ibnu Adil (880 Hijriyah) bahwa sebagian salaf, mengartikan "walitukabbirul Allah, adalah rujukan" melafalkan takbir, tahmid, tahlil di hari Akhir Ramadan hingga menjelang 1 Syawal, Hari Raya Idul Fitri.

"...Setelah menyempurnakan puasa Ramadan, kita diminta melantunkan takbir di malam Idul Fitri, ketika melihat hilal Syawal mereka bertakbir hingga keluarnya imam untuk shalat Id."

Ahli nahwu, qiraat sekaligus mufassir ternama kelahiran Andalusia, Abu Hayyan Algarnaty (654 H - 745 H), mengungkapkan; penggalan kalimat walitukmilul iddata dan walitukabbirul Allah, tak bisa diurai secara Lughawi;

"Tak ada i'rabnya, itu kalimat dari Allah yang diturunkan khusus di bulan Ramadan."

Tulisanya dalam masterpiece 8 jilidnya; al Bahrul Muhit.

Tak adanya uraian lughowi (i'rab) si kalimat ini bukan karena, Abu Rayyan tak mafhum.

"Pendekatan yang paling dominan digunakan dalam tafsir ini adalah pendekatan lugawiy (bahasa), kemudian pendekatan fikih. BaHasanya khas dan hanya ada di Bulan Ramadan."

Di nukilan ayat sebelumnya (QS 2:184), Allah mensyaratkan syukur bisa tercapai jika kami "tathawwu" mengerjakannya karena Allah SWT.

‎فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرًا فَهُوَ خَيۡرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٌ لَّكُمۡ ۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

Bukan ikhlas, Alquran memakai frasa (تطوّء) tathawwaa'; yang bermakna ke-'taat'-an penuh di ayat bulan puasa Ramadan ini.

Sementara khairan (خيرا) dimaknai ssbagai kemuliaan atau kemakmuran.

Bangsa Arab, menyebut orang yang berkecukupan karena harta dan jabatan dengan istilah khairan.

Kelebihan harta yg disedeqahkan, jasa aksesibilitas atau mempermudah urusan sesama orang beriman karena otoritas, juga disebut khairan.

Khairan ini juga bisa disematkan kepada orang yang sudah menunaikan wajib zakat fitrah (penyucian diri), memberi infaq ke kerabat, sahabat, orang terdekat, ibn sabil, yatim, orang meminta (assail) dan al-mahrum (orang tak punya, berilmu, taat beribadah, namun tak pernah mau meminta-minta).

Kata tathawwa', walitukmilu, dan walitukabbiru sudah dibahas di serial Mukjam Ramadan sebelumnya. 

THATAWWAA; Taati Saja, Jangan Banyak Tanya

Dari istilah tathawwa di Albaqarah ayat 184 ini pulalah, ulama-ulama Mujtahid, menggunakannya sebagai frasa pengganti amalan sunnah tambahan.

Memberikan sebagian harta kepada golongan-golongan yang telah disebutkan hanyalah dianggap sebagai amal tatawwu' (sunat), kebajikan, sadaqah, dan silaturahmi.

Ada shalat thawattu, salat sunnah tambahan usai wajib, rawatib qabliyah dan ba'diyah.

Puasa Senin - Kamis, puasa 6 hari di pekan pertama bulan Syawal, sebagai puasa thawattu.

Bagi kaum sufi, puasa thawattu adalah "puasa hiburan" setelah ditinggalkan bulan Ramadan.(*)

Berita Terkini