Hal ini pula bisa dijumpai dalam tradisi Islam Bugis-Makassar.
Di kampung saya, Labolong-Pinrang, ketika masih berumur 9-10 tahunan saya ingat saat sehari saja sudah masuknya bulan puasa maka sudah beredar kabar tentang sesiapa yang akan mappabuka.
Masyarakat dengan sendirinya tahu hari ke hari keluarga yang akan mappabuka selama bulan Ramadan.
Semua warga kampung Labolong-Pinrang datang ke tempat mappabuka tanpa ada undangan.
Mereka juga akan menunda acaranya yang lain bila bertepatan dengan acara mappabuka itu.
Masyarakat Labolong-Pinrang semua kumpul makan bersama. Akhirnya tercipta ikatan kekeluargaan dan kasih sayang satu sama lain secara alamiah.
Anggota masyarakat merasakan keakraban yang tulus.
Masa-masa itu juga adalah masa jayanya Kabupaten Pinrang disebut dengan lumbung padi.
Pada saat yang sama masyarakat Pinrang juga bisa menuai hasil tambak yang melimpah.
Semoga saja bulan Ramadan kali ini dengan jaminan keberkahan dan kemulian dari Tuhan yang Maha kuasa bersama dengan tradisi mappabuka bisa mengembalikan spirit kebersamaan dan kekeluargaan serta kejayaan Islam Bugis-Makassar dalam menghadapi berbagai tantangan baik berupa materi maupun non-materi. Amin! (Supratman)