Bahasa Indonesia
21. Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu. ~ RA Kartini
22. Mati satu tumbuh seribu. Kartini memang sudah tiada, namun semgat juangnya tidak boleh padam begitu saja. Maju terus para Kartini muda. Selamat Hari Kartini.
23. Kami kaum putri punya jalan terang gapai mimpi hingga sederajat laki-laki berkat perjuangan ibu Kartini. niatnya yang baik membela kaum putri membuat namanya wangi menebar harum sejati.
24. Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya. kamulah yang membiarkannya datang. ~ RA Kartini
25. Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu, Tapi satu-satunya hal yang benar dapat menjatuhklanmu adalah sikapmu sendiri. ~ RA Kartini
26. Jangan biarkan kegelapan kembali datang jangan biarkan kaum wanita kembali diperlakukan semena-mena. ~ RA Kartini
27. Karena kami yakin pengaruh pendidikan besar bagi para wanita, agra wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam sendiri ke dalam tanganyamenjadi ibu pendidikan manusia yang pertama-tama. ~ RA Kartini
28. Agama memang menjauhkan kita dari dosa tapi, berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama? ~ RA Kartini
29. Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti dua orang berhenti saling mencintai. mereka hanya berhenti saling menyakiti. ~ RA Kartini
30. Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang. ~ RA Kartini
Berikut Chord (Kunci) Gitar dan Lirik Lagu Ibu Kita Kartini - W.R Soepratman
[Intro]
F C G C
[Verse]
C F G C
Ibu kita Kartini, putri sejati
F C G C
Putri Indonesia, harum namanya
C F G C
Ibu kita Kartini, pendekar bangsa
F C G C
Pendekar kaumnya untuk merdeka
[Chorus]
F C
Wahai ibu kita Kartini
G C
Putri yang mulia
F C
Sungguh besar cita-citanya
G C
Bagi Indonesia
[Verse]
C F G C
Ibu kita Kartini, putri jauhari
F C G C
Putri yang berjasa, se-Indonesia
C F G C
Ibu kita Kartini, putri yang suci
F C G C
Putri yang merdeka cita-citanya
[Chorus]
F C
Wahai ibu kita Kartini
G C
Putri yang mulia
F C
Sungguh besar cita-citanya
G C
Bagi Indonesia
[Verse]
C F G C
Ibu kita Kartini, pendekar putri
F C G C
Pendekar kaum ibu Tanah Airku
C F G C
Ibu kita Kartini, penyuluh budi
F C G C
Penyuluh kaumnya kar'na cintanya
[Chorus]
F C
Wahai ibu kita Kartini
G C
Putri yang mulia
F C
Sungguh besar cita-citanya
G C
Bagi Indonesia
[Outro]
F C G C
WR Soepratman
Pencipta lagu RA Kartini adalah orang yang sama menciptakan lagi Indonesia Raya.
Dikutip tribuntimur.com dari Wikipedia, nama lengkapnya Wage Rudolf Soepratman atau WR Soepratman.
Pria kelahiran 9 Maret 1903 – 17 Agustus 1938 adalah pengarang dan pencipta lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya", dan pahlawan nasional Indonesia.
Tanggal lahirnya ditetapkan sebagai hari musik nasional, walaupun banyak yang berpendapat bahwa ia lahir pada tanggal 19 Maret 1903.
W.R Soepratman adalah seorang pahlawan Indonesia yang beragama Katolik, Ia lahir Di Purworejo, Jawa Timur pada tanggal 09 Maret 1903 (ditetapkan Oleh Presiden Republik Indonesia ke 3 Megawati Soekarnoputri) ketika masa penjajahan Belanda di Indonesia masih berlangsung dan meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 di kota Surabaya, Jawa Timur.
Atas jasanya, ia diberikan gelar sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Wage Rudolf Soepratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara.
Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen.
Kakak sulungnya bernama Roekijem.
Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar.
Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.
Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, lalu melanjutkan ke Normaalschool di Makassar hingga selesai.
Ketika berumur 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang.
Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita.
Pekerjaan itu tetap dilakukannya walaupun ia telah pindah ke Jakarta.
Dalam masa tersebut, ia mulai tertarik pada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa.
Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.
Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang.
Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi.
Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik.
Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer.
Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik.