Personel gabungan kemudian mengevakuasi korban menuju Puskesmas Beoga guna mendapat penanganan medis.
Lalu, pada pukul 19.10 WIT, aparat keamanan melakukan penyisiran dan menemukan saksi di kali ujung bandara dalam keadaan selamat.
Proses evakuasi jenazah 2 guru korban penembakan KKB di Terminal UPBU Bandara Moses Kilangin Timika.
Jenazah Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden yang menjadi korban penembakan secara berutal oleh KKB pimpinan Sabinus Waker telah dievakuasi aparat gabungan dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak ke Mimika, Sabtu (10/4).
Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyebutkan proses evakuasi dua jenazah korban penembakan KKB tersebut berjalan lancar.
"Alhamdulillah evakuasi berjalan lancar, kedua jenazah di evakuasi menggunakan pesawat SAS PK FSE dari Distrik Beoga ke Bandara Mozes Kilangin Timika," katanya.
Mathius menyebutkan lapangan terbang Beoga yang sebelumnya dikuasai oleh KKB pimpinan Sabinus Waker telah diambil alih oleh aparat gabungan.
"Anggota gabungan TNI-Polri saat ini sudah menguasai bandara yang sebelum diduduki oleh kelomppok itu," ujarnya.
Mathius menyebut situasi di Distrik Beoga sudah mulai kondusif dan anggota gabungan telah melakukan pengejaran terhadap kelompok pimpinan Sabinus Waker.
Di sisi lain, aparat gabungan juga masih melakukan upaya evakuasi terhadap warga yang berada di Distrik Beoga.
"Kita akan naikan perkuatan untuk mem-back up di Beoga, sembari kita mendorong para guru yang berada di kampung Julukoma dan Ongolan untuk kita geser ke Sugapa Intan Jaya," katanya.
Guru Trauma
Lima orang guru mengalami trauma setelah rekannya tewas ditembak KKB di Kampung Julugoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Papua Christian Sohilait menyebut, kelima guru tersebut sudah berhasil dievakuasi ke Mimika.
"Mereka semua trauma dan minta pulang kampung. Hari ini mereka pulang ke rumah keluarganya dulu, besok mereka pulang ke Toraja," ujarnya melalui pesan singkat, Sabtu (10/4), sebagaimana diberitakan TribunPapua.
Ia berharap kejadian yang menimpa para guru di Beoga tidak berdampak luas bagi guru di wilayah pedalaman Papua lainnya.
Oleh karena itu, Sohilait meminta aparat keamanan dan masyarakat bisa ikut menjaga keberadaan para guru karena mereka hadir di sana hanya karena misi kemanusiaan.
"Saya selalu memberikan imbauan kepada masyarakat, mari berikan dukungan kepada guru-guru. Mereka tidak punya masalah apa-apa dengan siapapun di situ. Kondisi ini pasti membuat guru-guru ketakutan, pihak keamanan dan masyarakat tolong beri jaminan kemanan supaya mereka bisa ada di sana," kata dia.
Selain itu, Sohilait juga mengimbau guru-guru yang bertugas di wilayah yang memiliki potensi konflik, untuk lebih peka melihat situasi.
Menurut dia, kejadian seperti yang terjadi di Beoga bisa menimpa siapa saja dan dengan profesi apa saja.
"Kami mengimbau kepada guru-guru yang berada di daerah yang punya potensi terjadinya konflik, kalau dari lingkungan guru-guru lihat tidak aman, lebih baik keluar dulu, cari tempat perlindungan yang dekat," kata Sohilait.
Pada Sabtu siang, sekitar pukul 13.30 WIT, 5 guru, 2 balita, dan 2 jenazah guru yang seluruhnya berasal dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, berhasil dievakuasi ke Mimika.
Sekolah Dibakar
Selain melakukan penembakan terhadap guru, KKB juga membakar tiga sekolah dan satu rumah guru di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, Kamis (8/4) sore.
Pembakaran itu dilakukan KKB setelah menembak mati Oktovianus Rayo (43 tahun) guru sekolah dasar di Kampung Julukoma, Kabupaten Puncak, pada Kamis pagi.
Tiga sekolah yang dibakar KKB adalah SD Jambul, SMP N 1 Beoga dan SMA 1 Beoga.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ahmad Musthofa Kamal mengatakan masyarakat langsung melapor ke aparat keamanan setelah ada aksi pembakaran dari KKB.
"Adapun bangunan yang dibakar yakni SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga, SMA 1 Beoga dan satu rumah guru," katanya, dikutip dari TribunPapua.
PGRI Mengecam
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merespons penembakan guru di Papua.
PGRI menyampaikan lima poin pernyataan.
Di antaranya, PGRI menguruk keras penembakan yang menyebabkan dua orang guru tewas.
Selain itu, PGRI juga menyesalkan terjadinya pembakaran terhadapa 3 gegung sekolah yakni SD Jambul, SMPN 1 dan SMAN 1 Beoga, Kabupaten Puncak.
PGRI juga meminta pemerintah baik pusat maupun daerah untuk memberikan perlindungan terhadap keselatan para guru yang bertugas di pedalaman.(tribunnews.com/tribuntoraja.com)