Tak sampai di situ, Kirdi juga menyinggung soal adanya dua budaya yang berbeda antara Kaesang dan Felicia Tissue.
"Tapi logikanya adalah apapun yang terjadi dibawa ke publik itu wajar karena kita bicara budaya juga ya."
"Kalau kita bicara budayanya mungkin orang Singapura, biasanya asertif aja ngomong," imbuhnya.
Adanya perbedaan gaya berbicara dinilai bisa menjadi sumber miskomunikasi antara kedua belah pihak.
Dikarenakan pihak Felicia Tissue lebih mengedepankan pola komunikasi yang jujur dan tegas.
Kirdi mengatakan bisa saja Meilia Lau berbicara biasa saja namun dianggap seperti memaki.
"Sementara kita bicara budaya Jawa, itu aja kalau dibilang dimaki-maki. Bisa jadi itu dianggap maki-maki atau memang dimaki-maki," ungkap Kirdi.
Oleh karena itu, menurut sang pakar, Kaesang memiliki tugas untuk menyelesaikan polemik ini dengan baik.
Bisa dengan komunikasi secara jujur, tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain.
Ataupun dengan cara lainnya yang lebih tertata namun memiliki strategi tertentu.
"Kaesang punya PR untuk benar-benar sekarang menyelesaikannya dengan baik-baik atau dengan asertif, atau dengan lebih tertata secara strategi," lanjutnya.
Ia menambahkan, Kaesang tak bisa menanggapi polemik ini seperti orang pada umumnya.
Lantaran menurut Kirdi, ia tak bisa lepas dari sosok figur sang ayah yang merupakan orang nomor satu di Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com