Ini Kiat Lulus Tes CPNS dari Pegawai Muda DKP Makassar

Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR
Editor: Imam Wahyudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PNS DKP Kota Makassar, Ririn Martyasrini

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ririn Martyasrini (24), seorang gadis asal Kabupaten Soppeng, adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Makassar.

Ia menyandang status PNS setelah lolo mengikuti tes pada tahun 2018. Padahal menurutnya, ia tidak pernah terpikir untuk mengikuti tes.

Karena pada saat itu, ia juga sedang disibukkan dengan pendidikan Magisternya (S2) di Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

" Saya baru saja mulai kuliah di UGM pada Agustus 2018. Sebenarnya, wacana rekrutmen CPNS 2018 saat itu sudah banyak beredar, namun saya tidak terlalu mencari informasi karena memang tidak berniat mendaftar," ujarnya, Rabu (30/12/2020).

Namun, menjelang pendaftaran, ia mendapat informasi di grup WA mengenai tes CPNS 2018.

Setelahnya, Ririn menghubungi orang tuanya, untuk meminta saran. Mengingat pendidikan S2 nya baru di semester 1.

"Nah, pada saat itulah saya mencoba menghubungi mama saya yang ada di daerah (Soppeng), saya telpon beliau “ma, ini ada pendaftaran CPNS, tapi kan masih kuliahka, baruka juga masuk, masih semester 1 ka, menurutnya mama ikutka atau janganmi?” dan mama saya menjawab “Oh ada pendaftaran kah? Ikut saja, siapa tau rejeki mu," jelasnya

"Tapi kan saya sedang S2, nanti misalnya saya diterima, kan wallahua’lam, S2 ku harus saya tinggal, na banyakmi biayaku kesini, biaya UKT, pesawat, kos sama keperluan lainku selama ini”, mama saya jawab ya biarmi, cobami saja," kenangnya.

Nah, dari percakapan itulah akhirnya ia ikut rekrutmen CPNS. Tahap pertama yaitu tahap administrasi yang meliputi verifikasi berkas yang diupload. 

"Pada saat pengisian, saya ada dikolom yang memuat lokasi tes, dan saya baru tau kalau daftarnya Instansi Pemda/Pemkot itu tesnya juga harus di daerah yang sama, yang artinya saya harus ke Makassar lagi untuk tes," terangnya.

Jadi ia kembali menghubungi orang tuanya, karena takut akan membebani mereka dengan biaya perjalanan bolak-balik Yogyakarta - Makassar.

"Apalagi harga tiket pada saat itu Rp 1,3 juta. Tapi ama saya mengyakan, jadi saya lanjut. Untuk tahap administrasi, saya lolos, dan kebanyakan dari teman-teman juga lolos di tahap ini," katanya.

Setelah itu sambil menunggu jadwal tes pertama, yaitu Seleksi Kemampuan Dasar (SKD).

Ririn memutuskan ke Gramedia untuk membeli buku latihan soal CPNS, sebagai upaya belajar mandiri, karena ia tidak punya waktu ikut kursus CPNS. 

"Ribetnya lagi, saya sudah masuk masa mid-semester di kampus, sehingga saya punya banyak sekali tugas dan harus membagi waktu untuk belajar mempersiapkan final tengah semester dan juga tes CPNS," ujarnya.

"Jadi, saya selingi. Malam hari saya selesaikan tugas dari dosen, belajar sedikit untuk mid-semester," lanjutnya.

Kemudian siang atau sore sepulang dari kampus ia latihan soal-soal. 

"Kalau malam hari lagi lowong, saya latihan soal lagi, saya memulai dari latihan yang saya rasa paling mudah yaitu TKP," tuturnya.

Apalagi menurutnya, ia lemah di soal hitung-hitungan (TIU). 

Untuk Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), ia membubuhi stabilo untuk materi penting, dan mencatat sedikit di buku kecil.

Hal ini ia lakukan karena baginya materi kebangsaan susah dihafalkan.

"Kalau saya catat dan saya baca-baca, setidaknya ada yang tinggal di otak sedikit. Selain belajar, hal yang paling penting tentunya dan sekaligus menjadi alasan saya ikut tes ini adalah orang tua, jadi saya selalu minta didoakan oleh mereka," katanya.

Ia mengikuti tes di RRI Makassar, dan masuk Sesi 4. 

Rekrutmen CPNS 2018 lalu bisa dikatakan kurang maksimal, karena jadwalnya molor sekali. 

"Saya yang harusnya masuk pukul 14.30, ternyata baru bisa masuk sekitar pukul 20.30 menunggu sesi sebelumnya selesai," ucapnya. 

"Jadi bayangkan saja, yang awalnya datang segar tapi kelelahan dan mengantuk akibat menunggu," sambungnya.

Setibanya diruangan, ia berdoa, dan menggunakan waktu terus berdoa saat panitia menjelaskan peraturan-peraturan diruangan. 

Saat tes dimulai, ia menjawab soal urutan terakhir terlebih dahulu (tes TKP), karena menurutnya itu yang lebih mudah diantara yang lain, dilanjut mengerjakan tes TWK, dan terakhir TIU. 

"Untuk soal yang jawabannya masih ragu-ragu, saya tulis nomornya dikertas untuk dibaca ulang," katanya.

Jadi, apabila ada soal yang ia sudah yakin dengan jawabannya, tidak pernah mengutak-atik kembali. 

"Saya fokus dengan soal yang masih kosong dan ragu-ragu. Saya kerjakan soal dengan tenang sambil tetap memperhatikan waktu. akhirnya jawaban saya sudah penuh, masih ada sekitar 8 menit waktu itu," katanya

Nilai langsung muncul di layar, dan ia lumayan puas dengan nilainya meskipun tidak terlalu berbangga diri akan lolos. 

"Setelah itu, saya kembali ke Yogyakarta sambil menunggu pengumuman lolos Tahap SKD atau tidak," tuturnya.

Sekitar 2 bulanan lebih, pengumuman baru beredar. 

Hasil tes SKD yang masuk kategori P1 ada 3 orang, yang masuk kategori P2/L ada 5 orang (termasuk saya). 

"Nama saya ada di urutan 8. Yang mau diterima di instansi saya hanya 5 orang, jadi 3 orang yang kategori P1 istilahnya sudah aman," katanya.

"Artinya, nilai saya harus tertinggi pertama atau kedua supaya bisa lolos seleksi. Jadwal tes SKB sudah keluar, akhirnya saya ke Makassar (lagi) untuk tes kedua. Tes SKB dilakukan di gedung BKN Makassar," kenangnya lagi.

Karena Ririn mendaftar di Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar, jadi soal tes kedua ini berhubungan dengan pertanian, tanaman, pangan dan sebagainya. 

Setelah, selesai tes SKB ia kembali ke Yogyakarta untuk final akhir semester kuliah S2 nya.. 

"Selesai final kita libur semester sekaligus libur tahun baru, jadi saya pulang lagi ke Makassar kemudian pulang kampung ke Soppeng," jelasnya.

Jarak antara tes SKB dengan pengumuman resmi nama-nama peserta yang lolos rekrutmen tidak sampai sebulan. 

"Saya masih ingat, pengumuman saat itu adalah tanggal 6 Januari 2019, dan saya sedang ada di rumah (Soppeng). Saya download PDF nya, saya cari formasi saya, dan alhamdulillah nama saya masuk di urutan Ke-5, yang artinya nilai saya adalah tertinggi kedua diantara 5 orang pesaing yang masuk kategori P2/L," ujarnya.

Ia lalu memberitahu orangtuanya, mendengar hal itu, mereka bertiga berurai air mata. 

"Yang paling bikin saya terenyuh adalah bapak saya yang saya kenal keras kepada saya, tidak kuat menahan air matanya. Alhamdulillah saya lolos CPNS," katanya.

Keesokan harinya, Ririn menelpon bagian kepegawaian UGM, untuk mempertanyakan apakah kuliah saya bisa cuti atau ditransfer ke Makassar saja.

"Namun ternyata saya tidak bisa cuti dan ditransfer ke kampus di Makassar karena masih semester 1, masih banyak kuliah yang belum diselesaikan. Sehingga, saya harus mengundurkan diri," terangnya

Menurutnya, hal yang paling berperan dalam kelulusannya adalah orangtua, selebihnya tentu dari usaha saya juga. 

Ia pun menyampaikan, untuk mereka yang belum lulus tes CPNS 2020, agar tidak berkecil hati.

"Bagi teman-teman yang sudah beberapa kali tes namun belum lolos, jangan menyerah. Posisi “start” masing-masing orang berbeda. Bungapun tidak mekar bersamaan. Dengan semangat, usaha," tutupnya.

Nama: RIRIN MARTYASRINI, SP

Tempat/Tanggal Lahir
: Soppeng, 9 Januari 1996

Alamat (Soppeng): Jl Pasar Sentral, Kelurahan Lapajung, Kecamatan Lalabata, Soppeng

Alamat (Makassar): Jl Perintis Kemerdekaan 3 (BTN Hamzy), Tamalanrea, Makassar.

Riwayat Pendidikan;
SDN 1 Lamappoloware Soppeng
SMP Negeri 1 Soppeng
SMA Negeri 1 Soppeng
Universitas Hasanuddin (Fakultas Pertanian Angkatan 2013).

Berita Terkini