Jodha datang. Jalal masih melanjutkan kata-katanya,
"kita akan menetapkan contoh aturan yang baik, siapa saja melawan aturan itu akan di hukum berat."
Jalal menatap Jodha, dia menyuruh semua orang pergi. Jalal menghampiri Jodha dan bertanya, "kau tahu mengapa saya memanggilmu kesini? karena kalau aku datang padamu setiap kali, kalu mungkin berpikir aku tertarik padamu.
Jadi aku menyuruhmu keluar meski kau berada dalam tahanan rumah."
Jodha berkata, "aku tidak ingin bicara dengan anda, anda telah mempermainkan kehidupan adikku."
Jalal menyerigai senang dan berkata, "aku ingin mengabarkan berita baik padamu."
Jodha mengulang kalimat Jalal dengan pedas, "memberi saya kabar baik? tidak mungkin!" Jalal berkata, "kau cerdas. Aku ingin memberitahumu kalau aku akan membebaskan saudaramu dari tahanan rumah dalam beberapa hari."
Jodha membalas, "aku yakin anda pasti sedang merencanakan sesuatu yang mencurigakan dibelakang semua ini." Jalal tertawa dan berkata, "harus kuakui pandanganmu sangat jauh kedepan.
Khan baba sering mengatakan lebih baik mempunyai musuh yang cerdik daripada kawan yang bodoh." Jodha menjawab dengan pedas kalau dirinya bukan teman atau musuhnya, serta bertanya muslihat baru apa ini.
Jalal berkata, "aku akan mengirim mereka ke Sujaanpur untuk berperang melawan relatif mereka sendiri." Jodha dengan galak menatap Jalal dan berkata, 'balas dendam saja padaku.
Kenapa anda membuat mereka melakukan dosa ini? Kenapa membuat mereka berperang melawan Hindu?" Jalal mengatakan, "bukan itu semua. Aku ingin Bhagwandas membunuh pangeran yang akan menjadi suami adikmu dengan tanganya sendiri.
Aku pikir akan sangat mudah bagi Das untuk membunuhnya. Sekarang berita baik sudah lengkap.
Aku akan merayakan kemenangan dan kau akan berkabung untuk kebahagiaan adik kita." Jodhatak dapat menahan airmatanya dan berkata, "aku akan mati kalau kau pisahkan dari Amer dan tentang berkabung aku pasti berkabung untuk kebahagiaan adikku."
Jalal tersenyum licik dan berkata, "aku mendapat kedamaian melihatmu menangis seperti ini. Aku akan menemukan kesempatan seperti ini lebih sering. Jadi sekarang kau membenciku?"
Jodha mengusap airmatanya dan berkata, "aku membenci diriku sendiri karena menikah dengan orang yang senang melihat penderitaan orang lain." Jalal memberikan tatapan Jahat. Jodha beranjak pergi. Jalal menegurnya, "aku belum menyuruhmu pergi...."