"Tapi menurut lu, masyarakat lebih memilih mana?,"timpal Deddy.
"Kalau menurut survei dan lain-lain, masyarakat sebenarnya lebih menginginkan relaksasi,"kata Nadiem.
"Artinya kan sebagai seorang pemimpin, lo harus membahagiakan lebih banyak masyarakat dong. Kalau masyarakat lebih banyak yang ingin relaksasi and you don't do that, lo akan dibenci masyarakat dengan jumlahnya yang banyak itu,"kata Deddy.
"Boleh saya tidak setuju dengan asumsi itu, tugas saya bukan untuk membuat sebanyak mungkin masyarakat bahagia. Tugas saya sebagai menteri adalah untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia,"kata Nadiem.
"Kadang dua hal itu nyambung, kadang dua hal nggak sama. Apa yang diinginkan banyak orang belum tentu yang terbaik,"jelas Nadiem.
"Tapi Anda sadar nggak, Anda terus dimusuhi oleh banyak orang,"kata Deddy lagi.
"Ya iya, itulah beban kepemimpinan,"balas Nadiem.
Saat menerima amanah sebagai Mendikbud, apalagi dengan tugas melakukan perubahan dalam dunia pendidikan di Indonesia, Nadiem mengakui hal tersebut akan menjadi beban kepemimpinan.
"Sukses atau tidak, saya nggak tahu. Tapi itu adalah tugas saya, saya dipilih Pak Presiden untuk melakukan itu,"kata Nadiem.
Namun dalam perjalanannya sebagai Mendikbud, Nadiem Makarim tidak pernah membayangkan akan menghadapi Pandemi Covid-19.
"Banyak orang yang tidak sadar sudah ada krisis pembelajaran. Setelah itu, baru saja beberapa bulan kita baru mau melangkah, melakukan berbagai perubahan, baru mulai semangat, Covid,"kata Nadiem.
Akibatnya, ia harus melakukan restrukturisasi program hingga anggaran pendidikan.
"Bayangkan, jadi saya sekarang, pertama kali masuk pemerintahan di sektor pendidikan walaupun itu passion saya, baru ditantang untuk melakukan perubahan yang tanpa pandemi saja, itu sudah luar biasa sulitnya,"kata Nadiem.
Soal Minta Maaf terkait Polemik POP
Dalam podcast tersebut, Deddy mengakui sosok Nadiem Makarim saat menjadi Mendikbud akan mengambil kebijakan-kebijakan 'gila' untuk pendidikan di Indonesia.