"Tapi kalau dipermanenkan kita tidak ada interaksi dengan sekolah, kurang dapat karakternya," ujar pelajar kelas 12 di SMAN 7 Jakarta kepada Tribunnews, Senin (10/8/2020).
• Mendikbud Nadiem Makarim Bolehkan Dana BOS Dipakai Beli Pulsa, Guru Ini Pilih Ajar Murid Pakai HT
Sementara, fasilitas dan penunjang pendidikan di masa pandemi ini belum banyak tercukupi.
Tidak hanya di pelosok negeri saja, bahkan di Ibukota seperti Jakarta pun, masih ada kendala terkait belajar online ini.
Misalnya, adanya orang tua dari tiga anak yang sama-sama belajar online, tetapi hanya memiliki satu gadget.
Bahkan, Syamil juga menceritakan adanya driver ojek yang harus menunggu pukul 12.00 siang untuk bekerja, lantaran gadget miliknya dipakai sang anak untuk belajar online.
"Kalau hal seperti itu masih terjadi, masa mau dipermanenin?"
"Buat apa kalau fasilitas kita ngga mendukung? Padahal pendidikan offline pun di Indonesia masih belum merata," terangnya.
• Dampak Pandemi Covid-19, Mendikbud Nadiem Makarim: Guru dan Orangtua Lebih Melek Teknologi
Saran Syamil bagi Pemerintah
Oleh sebab itu, Syamil memberikan beberapa saran berdasarkan pengalaman dari beberapa pelajar di penjuru Indonesia.
Ia berharap apabila pemerintah dalam hal ini Kemendikbud, bekerja sama dengan BUMN untuk memberi jam kuota gratis untuk para kalangan pendidikan.
"Saran saya Kemendikbud sama BUMN bergabung untuk memberikan jam kuota gratis bagi para kalangan pendidikan."
"Umumnya PJJ berlaku dari pukul 06.00 sampai pukul 12.00, di zona merah yang tidak boleh masuk sama sekali diberikan fasilitas semacam itu."
"Jadi teman-teman tidak ada lagi yang mengeluh tidak ikut sekolah online karena tidak memiliki kuota," paparnya.
Baca: Sekolah Zona Hijau dan Kuning Bisa Tatap Muka, tetapi dengan Persetujuan Wali Murid
Namun, sayangnya, saran tersebut tidak bisa digunakan untuk para pelajar di pedalaman.
Sebab, bila difasilitasi kuota gratis pun tidak berpengaruh, lantaran sulitnya mencari sinyal.