Di dalam rumah terdapat satu tempat tidur, satu lemari pakaian, satu meja dan sebuah temboksetinggi meter yang menjadi pembatas dengan WC.
Atap rumahnya terbuat dari kerangka bambu sudah tampak rapuh, tanpa menggunakan plafon.
"Kalau hujan ya bocor," kata Mbah Sri.
Untuk makan dan minum, Mbah Sri mengandalkan uluran tangan dari tetangganya. Kadang, Mbah Sri memasak nasi sendiri.
"Ya saya gerayangi," kata Mbah Sri saat ditanya bagaimana caranya memasak.
Ia mengaku memiliki satu orang saudara bernama Nurdayatun, yang kini tinggal di Surabaya.
Namun, ia mengaku tidak mengetahui dimana alamat rumah saudaranya.
"Alamatnya saya tidak tahu," katanya.
Mbah Sri menceritakan, dahulu ia pernah diajak pindah oleh ibunya Sastro Diwiryo ke Wonogiri, namun ia tidak mau.
"Dulu saya mau diajak pindah ke Wonogiri, sama ibu saya. Tapi saya tidak mau," katanya.
Sejak kondisi rumah Mbah Sri diposting di facebook, sejumlah komunitas dan sejumlah warga Ponorogomemberikan bantuan kepada Mbah Sri.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul 4 Tahun Warga Ponorogo ini Harus Lompat Tembok untuk Bisa Keluar Rumah, Cuma Gara-gara Tahi Ayam, https://surabaya.tribunnews.com/2020/07/25/4-tahun-warga-ponorogo-ini-harus-lompat-tembok-untuk-bisa-keluar-rumah-cuma-gara-gara-tahi-ayam?page=all