Bio Farma, produsen vaksin dan biotek yang merupakan Badan Usaha Milik Negara, BUMN, mengatakan Indonesia memilih uji klinis vaksin Sinovac Biotech asal China karena perusahaan tersebut 'memiliki pengalaman' dalam memproduksi vaksin SARS dan flu babi.
Saat ini terdapat 23 pengembangan vaksin di seluruh dunia yang sudah masuk uji klinis, termasuk yang dilakukan di Oxford University, Inggris, serta buatan Sinovac Biotech, pemanufaktur vaksin dan obat-obatan asal China.
Selain itu, terdapat sekitar 140 lainnya yang juga tengah dikembangkan walaupun belum sampai pada uji klinis.
"Alasan pemilihan Sinovac adalah mereka memiliki kemampuan pengembangan vaksin Covid-19 tercepat, dan memiliki pengalaman sebagai perusahaan pertama di dunia yang menyelesaikan [uji klinis] fase 1 untuk vaksin SARS," kata Iwan Setiawan.
Targetnya uji klinis vaksin Covid 19 akan dilakukan awal Agustus 2020 melibatkan 1.620 relawan, namun masih menunggu keputusan Komite Etik Universitas Padjajaran yang bekerja sama dengan Bio Farma serta izin Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Selain itu Raden Wasito, dosen patologi yang meneliti soal virus corona di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengatakan bahwa meski virus corona di Indonesia 'pada umumnya sama' dengan virus corona di negara-negara lain, namun galur virusnya mungkin berbeda lantaran mutasi.
"Ini penting, terkait dengan diagnosa, dan pengobatan, termasuk pencegahan menggunakan vaksinasi, karena ada kemungkinan [galur virus corona] di Indonesia sendiri...ada kemungkinan itu bisa berbeda antara Jawa Tengah dengan Jawa Barat. Atau di Jawa Tengah sendiri itu bisa berbeda antara [galur virus corona ] di Solo dengan Semarang, atau bahkan antara kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lain," tambah Wasito.(*/tribun-timur.com)