Sejak pemerintah melawan impor jagung, maka ada penambahan jenis bahan pakan yang diimpor.
"Kebutuhan jagung pertahun 10,850 juta ton, dedak padi 2,170 juta ton, bungkil kopra 1,085 juta ton, bungkil inti sawit 1,085 juta ton, CPO 1,085 juta ton, dan Cassava 1,828 juta ton. Kondisi dari bahan lokal terbagi menjadi musiman dan tidak musiman, setelah dianalis yang bermasalah yaitu musiman, contohnya jagung. Selain itu, teknologinya juga masih kurang,” jelas Prof Nahrowi.
Lebih lanjut, Prof Nahrowi juga menyampaikan bahwa ketersedian bahan pakan saat pendemi dengan adanya pembatasan dapat menyebabkan terganggunya pengiriman, pakan ternak serta pemotongan ayam serta permasalahan lainnya.
"Contohnya di Brazil. Karena pekerjanya terserang virus covid jadi berpengaruh terhadap produksi, sedangkan di Bangladesh produksi unggas yang merosot sebanyak 50%," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Teddy Candinegara berfokus pada strategi pemenuhan bahan baku dan imbuhan pakan dari prespektif dunia usaha.
Update dari feed industry, produksi pakan tercukupi melihat kapasitas terpasang, ancaman pakan impor yang lebih bersaing, bahan baku alternatif yang lebih murah, berkualitas dan ketersediannya, kebijakan yang belum menopang perkembanagn industri dan keamanan pangan.
“Sumber bahan baku lokal yaitu jagung, dedak padi, bungkil kopra, bungkil sawit, CPO, dan Fish meal. Untuk sumber bahan baku import yaitu jagung, bungkil kedele, rape seed meal, DDGS, CORN GM, meat bone meal. Biaya pengapalan biasanya naik sendiri karena kaseimbangan tidak terlalu baik sehingga ada harga yang tidak murah," jelas Teddy.
Sejak wabah pandemi global Covid-19, terjadi beberapa permasalahan dalam sektor peternakan diantaranya gangguan rantai distribusi.
Gangguan terhadap operational dan produksi, gangguan cash flow usaha kecil dan menengah, ketersediaan bahan baku dan obat hewan, serta kualitas bahan baku menurun akibat penyimpanan yang lama dan kualitas pakan yang tidak sesuai dengan standar.
"Strategi bahan baku dan obat hewan, yaitu dapat melakukan negosisasi pembayaran lebih lama kepada supplay bahan baku dan obat hewan, dan dapat melakukan negosiasi ulang untuk penundaan pengadaan bahan baku dan obat hewan yang dikontrak sebelum pendemi, serta berusaha mencari bahan baku dan obat hewan yang bertujuan untuk menekan biaya produksi," sambung Teddy.
Kegiatan yang dipandu oleh Wahyu Jaelani (Dewan Pertimbangan Organisasi Humanika Unhas) sebagai MC dan Ahlun Najam (Ketua Bem Fakultas Peternakan IPB) diikuti oleh kurang lebih 425 melalui aplikasi zoom dan 767 peserta melalui streaming youtube dari total 1.192 peserta.(*)
Laporan Wartawan tribun-timur.com, Alfian