Ia mengatakan, dalam perspektif budaya Bugis-Makassar, tidak ada yang lebih berharga selain menegakkan siri atau kehormatan
"Ketika siri seseorang diinjak-injak orang lain dengan tidur bersama istri, maka pihak suami merasa harga dirinya atah siri-nya di injak-injak," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk meneggakkan sirinya, seseorang rela mati atau mengorbankan orang yang telah melabrak sirinya.
Dosen Sosiologi Universitas Negeri Makassar ini menambahkan, Siri sudah membudaya dalam masyarakat Bugis-Makassar.
"Jadi meskipun ada aturan hukum formal, tapi budaya siri tetap hidup di tengah-tengah masyarakat," paparnya.
Makanya, kata Syukur, tidak perlu heran ketika ada aparat hukum yang bertindak di luar norma.
"Tetapi tindakannya tetap pada nilai-nilai budaya yang dianutnya," tandas Syukur.