Laporan: Anny Lamya Munasirah
Direktur LPMI HMI Cabang Makassar Timur
Melaporkan dari Kota Makassar
Efek merebaknya wabah Pandemi Covid-19 telah memberi dampak yang nyata terhadap dunia usaha, tak terkecuali dirasakan oleh para pelaku usaha sektor perunggasan Indonesia.
Salah satu yang paling dirasakan adalah menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk pangan hewani dalam hal ini daging ayam broiler dan telur ayam ras.
Menyikapi fenomena tersebut, Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LPMI HMI) Cabang Makassar Timur mengambil peran tersendiri dalam upaya mencari solusi dengan menggagas diskusi online yang dikemas dalam bentuk kegiatan Poultry Discussion Issue.
Diskusi online dengan tema Reposisi Perunggasan di Tengah Pandemi Covid-19 ini diadakan pada Selasa, 12 Mei 2020.
Menghadirkan beberapa stakeholder perunggasan sebagai narasumber, baik dari unsur pemerintah, legislatif, akademisi, Industri dan praktisi perunggasan.
• Prof Yusran Jabat Pj Wali Kota Makassar, Ini Harapan Komisaris Baji Pamai
• Belajar di Rumah Bagi Pelajar Makassar Diperpanjang Hingga Akhir Mei
Diskusi ini sebagai bentuk koneksi pemberian solusi terhadap eksistensi dunia perunggasan Indonesia ditengah wabah Pandemi Covid-19.
Diskusi yang digelar dalam jaringan (daring) ini mendapat perhatian serius dari beberapa pelaku perunggasan di beberapa wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Ini terlihat dari antusias keterlibatan peserta.
“Setidaknya 345 orang yang berasal dari 34 kabupaten/kota dari seluruh Indonesia yang melakukan registrasi sebagai peserta dalam kegiatan ini,” kata Zulfiqih Matra Palompai, Pengurus Departemen Hubungan Masyarakat LPMI HMI Cabang Makassar Timur.
Dalam kondisi wabah Pandemi Covid-19 ini banyak peternak yang mengalami kerugian yang disebabkan oleh berbagai faktor.
“Distribusi produk hasil unggas yang dibatasi akan mengakibatkan penumpukan produk dan akhirnya menyebabkan penurunan harga,” tutur Muhammad Ramli SPt selaku praktisi perunggasan.
Selain itu faktor harga pakan yang mahal menjadikan biaya produksi bertambah karena bahan baku dari pakan juga terbilang sudah mahal.
Belum lagi bila ayam yang sudah afkir hanya dibeli dengan kisaran harga Rp230.000 yang dulunya bisa mencapai Rp 400.000 per lusin.
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan Ir. H. Abd. Aziz Z, MM yang menyatakan bahwa penurunan harga turut disebabkan oleh distribusi yang terhambat.